Kamis, 04 Desember 2014

tugas kelompok

Tugas Kelompok :
1.      Megawati
2.      Nafi’ Rotus Sholikah
Exercise
Guess the meaning of the underlined words in the text below by matching each number with the options provided.
1.      Favourite         : Best liked (e)
2.      Figure              : Body shape (d)
3.      Excellent         : Very good (b)
4.      Youth              : Young age (f)
5.      Huge               : Extremely big in amount (c)
6.      Reached          : Arrived (a)
7.      Blessed            : Lucky/thankful (g)
8.      Properly           : Suitably (h)
Maher Zain is one of the most favorite musicians in world. He has all the qualities needed to be loved by his fans. Physically, he can be described as good looking man, with fair skin and ideal figure. He has a pointed nose, big eyes, and well-shaven beard is covering his jaw.
            The world knows how talented he is. In his young age, he can be an excellent musician, singer, and producer. His songs can entertain people and at the same time can attract or invite them to love islam more. What a wonderful thing someone can do in his youth.
            Besides his attractive physical appearances and huge talent, Maher Zain is a man with good personality, too. There is a story which shows how wise he is coping himself with the life of dunya. Several years ago, he thought that his success in the glamorous business of music industry was not ‘a dream’ for him, “I loved the music but I hate everything that surrounded it, it always felt like something wasn’t right. It wasn’t until he met a group of brothers who were active in the Islamic community in Stockholm and he started regularly attending his local mosque that he felt like he’d reached ‘home’. Maher Zain feels blessed to able to finally find the right when and feels like it’s turn now to help others through his music to do the same: “if I have one thing I’d like to tell people out there it would be that it’s so easy to see the right way if we just open our eyes and look properly; that’s what happened to me.”
Practice
Read the text and answer the following questions.
Kecantikan Luar dan Dalam
Keindahan adalah karakteristik seseorang. kecantikan luar adalah apa yang secara fisik menarik orang lain terhadap anda, tapi itu adalah kecantikan batin yang lebih penting dan yang mendefinisikan siapa anda. Keindahan ini tersembunyi di bawah kulit menunjuk dan dapat dilihat hanya jika anda membuat pilihan untuk menunjukkan itu. Ada penekanan lebih untuk kecantikan luar dan apa investasi perlu dibuat agar terlihat cantik. Ini telah menciptakan stres antara orang-orang yang berusaha untuk terlihat cantik. Ini tampaknya cara yang sia-sia dalam memandang kehidupan. Untuk meningkatkan kecantikan luar banyak penekanan dibuat pada pakaian dan aksesoris yang mereka kenakan dan tata rias wajah yang mereka gunakan, tidak melupakan semua perhatian yang diberikan pada rambut dan tubuh. Kecantikan luar tidak membantu kepada siapa pun kecuali digabungkan dengan kecantikan batin.
            Kecantikan batin merupakan energi yang membawa keluar kombinasi dari sifat anda. Itu tidak nyata tapi jelas bagi reaksi dan sikap terhadap kehidupan dan cinta. Melampaui batas menusuk ke dalam kehidupan orang lain. Itu adalah tempat di mana ada kedamaian dalam diri Anda. Kecantikan batin adalah di mana anda dapat fokus pada diri sendiri tanpa ego. Ketika kecantikan batin anda mengalir itu memelihara orang lain. Memiliki dampak yang besar pada orang lain yang dapat mengubah hidup. Apa yang akan menjadi titik keindahan jika tidak mengubah anda atau masyarakat di mana kehidupan anda.
            Merenungkan kehidupan anda untuk melihat apa kecantikan batin yang anda miliki dan apa yang dapat anda lakukan dengan itu. Itu bukan sesuatu yang harus diadakan dengan dan untuk dikagumi. Itu adalah sesuatu  bagi anda untuk melakukan sesuatu. Ketika anda merenungkan diri sendiri, anda akan menyadari karakteristik yang membentuk kecantikan batin anda. Mungkin kualitas seperti cinta, kebaikan, kasih sayang, kelembutan, dan sensitivitas. Anda mungkin memiliki sifat ini tetapi jika sifat ini terus dijaga tanpa memberikan keluar, itu tidak akan membantu apapun kepada anda atau kepada orang lain. Memanfaatkan kecantikan batin anda untuk menjadi berkat bagi orang lain. Karena anda maju di daerah ini, anda akan menjadi orang yang lebih bahagia. Kodrat anda akan menjadi lebih kuat. Kecantikan luar anda akan pergi sebagai usia anda, tetapi kecantikan batin anda akan menjadi lebih kuat.
Suatu hari kami berharap bahwa penekanan tentang memelihara dan mengembangkan kecantikan batin anda lebih dari kecantikan luar anda akan berubah.
http://www.bizymoms.com
1.      What is mainly discussed in the passage?
a.       Inner beauty is more important than outer beauty
b.      Outer beauty is more important than inner beauty
c.       Inner and outer beauty should be balanced
d.      The importance of inner beauty
2.      The word exhibit in line 5 is closest in meaning to the word:
a.      Show
b.      Do
c.       Realize
d.      Believe
3.      The word striving in line 7 is synonymous with the word:
a.       Looking hard
b.      Searching hard
c.       Trying hard
d.      Wanting
4.      The qualities that reflect inner beauty are as follow, except…
a.       Compassion
b.      Arrogance
c.       Sensitivity
d.      Tenderness
5.      The word they in line 9 refers to…
a.       Inner beauty
b.      Outer and inner beauty
c.       Clothes and accessories
d.      People who are striving to look beautiful
6.      The word tangible in line 14 means…
a.       Able to be shown or touched
b.      Able to show or touch
c.       Able to be understood
d.      Able to understand
7.      The word it in line 18 refers to…
a.       Outer beauty
b.      Inner beauty
c.       Life
d.      Ego
8.      What is incorrect about the passage?
a.       Inner beauty can bring you to a happier life
b.      Outer beauty is not complete without inner beauty
c.       People who are striving to look beautiful will always be happy
d.      If we recognize our qualities, we can make use of it to change our and people’s life into a better one
9.      The word realize in line 24 is closest in meaning to…
a.      Make something come true
b.      Believe in
c.       Become aware of
d.      Think about
10.  Among the good things we can get by giving out our good qualities is…
a.      Our inner beauty will become stronger as we age
b.      Our outer beauty is not important at all anymore
c.       People will be happy to see us

d.      We can change people’s life as what we want

imam-iman dan kitabnya

Kelompok 4


A.    AL-MUWATHTHO KARYA IMAM MALIK
Kitab ini disusun oleh ulama besar yang hidup pada generasi tabi’ut tabi’in, bintangnya para ulama di Madinah dan guru dari para Imam madzhab.
Belum lengkap rasanya menelaah kitab-kitab yang menghimpun hadits Nabi Muhammad SAW tanpa menyertakan kitab yang satu ini. Meski tak setebal kitab-kitab hadits lainnya, kitab hadits yang disusun oleh oleh ulama besar kelahiran Madinah itu diakui keakuratan dan bobot keilmuannya. Itulah kitab Al-Muwaththa’ karya Al-Imam Malik bin Anas.
Demikian hebat kitab tersebut, hingga Imam Syafi’i mengatakan, “Ti­dak ada kitab dalam masalah ilmu yang lebih banyak benarnya dibandingkan dengan Muwath­tha’-nya Malik.”
Kitab yang berisi lima ribuan hadits shahih itu disaring Imam Malik dari seratus ribu hadits dihafalnya, yang diperoleh dari 40 tahun pencarian dan pembelajaran ke ahli-ahli hadits terkemuka. Dalam sebuah riwayat diceritakan, khalifah kedua Bani Abbasiyyah, Abu Ja’far Al-Manshur, meminta Imam Malik untuk menulis hadits-hadits yang dikuasainya agar bisa menjadi rujukan.
Namun karena Imam Malik memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyusun kitab perdananya itu, Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur yang keburu meninggal tidak sempat lagi membacanya. Namun penggantinya, Harun Al-Rasyid, sangat menghormati kitab karya Imam Malik tersebut, sampai pernah bermaksud menggantungnya di dinding Ka’bah sebagai lambang persatuan ulama dalam hal agama.
Usai menyusun kitab kumpulan haditsnya tersebut, Imam Malik sempat kebingungan mencari judul yang sesuai untuk kitabnya. Sampai suatu ketika ia bermimpi dikunjungi Rasulullah yang bersabda kepadanya, “Sebarkan kitab ini kepada manusia.” Ketika bangun dari tidur, Imam Malik pun mantap menamakan kitabnya dengan Al-Muwaththa’ yang artinya kitab yang disepakati atau panduan.
Kitab Al-Muwaththa disebarkan kepada umat Islam melalui murid-muridnya, terutama murid terakhirnya yang wafat 80 tahun setelah wafatnya Imam Malik, yakni Abu Hudzafah Ahmad bin Isma’i1 As-Sahmi.
Jika menilik riwayat penyusunnya, Kitab Al-Muwaththa memang sangat layak untuk dihormati. Betapa tidak, Imam Malik, sejak masa hidupnya hingga saat ini termasuk salah seorang ulama tak pernah berhenti disanjung karena keilmuannya .
Imam Syafi’i, misalnya, mengomentari sang guru dengan ucapan, “Jika disebutkan nama-nama ulama, Imam Malik adalah bintangnya.” Pendiri madzhab Syafi’iyyah itu juga menambahkan, “ Kalau bukan karena (perantaraan) Imam Malik dan Ibnu Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu yang ada di Hijaz.
1.           Sanad Paling Shahih
Tak heran jika seluruh penduduk Hijaz menjuluki Imam Malik dengan Sayyidu Fuqaha-il Hijaz, penghulu para ahli fiqih Hijaz. Sementara Imam Yahya bin Sa’id Al-Qahthan dan Yahya bin Ma’in, dua ulama besar Hijaz lainnya menjulukinya Amirul Mu’minin Fil Hadits, pemimpin orang-orang beriman dalam bidang hadits.”      
Bahkan Imam Al-Bukhari, muhaddits besar penyusun kitab Shahih Bukhari, mengatakan, “Yang dikatakan ashahhul asanid, sanad hadits yang paling shahih adalah sanad yang terdiri dari Malik, Nafi’, dan Ibnu Umar.”
Dan jika ditelusuri lebih jauh, keunggulan ilmu Imam Malik sudah diisyaratkan sejak masa beginda Nabi Muhammad SAW. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh manusia akan menempuh perjalanan jauh untuk menuntut ilmu, maka mereka tidak mendapati seorang alim pun yang lebih berilmu dibandingkan dengan ulama Ma­dinah.” (HR An-Nasa’i, Ibnu Abi Hatim dan Adz-Dzahabi).
Sufyan bin Uyainah berkata, “Dulu aku mengira orang itu adalah Sa’id bin Musayyib, tetapi seka­rang aku yakin bahwa dia adalah Malik yang tiada bandingannya di Madinah.”
2.           Biografi Imam Malik
Imam yang lahir di Kota Madinah pada tahun 93 H itu memiliki nama lengkap Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Al Harits Al-Ashbahi. Abu Amir adalah warga Yaman yang berhijrah ke Madinah untuk belajar dan mengikuti perjuangan Rasulullah SAW.
Sedangkan kakek Imam Malik yang juga bernama Malik adalah seorang tabi’in besar yang juga ahli fiqih kenamaan pada masanya. Ia adalah salah seorang dari empat tabi’in yang jenazahnya dibawa sendiri oleh Khalifah Utsman.
Ibunda Imam Malik adalah Aliyah Syuraik yang dalam sebuah riwayat diceritakan, telah mengandung janin Imam Malik selama dua atau tiga tahun di dalam perut sebelum melahirkannya di Kampung Zuwarmah di utara Madinah, pada zaman pemerintahan Khalifah Al-Walid Abdul Malik.
Ketika Malik lahir, Madinah terkenal sebagai pusat ilmu keislaman, dengan para tabi’in sebagai guru-gurunya. Kondisi sosial yang kondusif memupuk cinta Malik kecil terhadap ilmu al-Quran dan hadits sejak kecil. Setiap kali belajar satu hadits, bocah yang dikenal memiliki hafalan sangat kuat itu lalu mengikat sebuah simpul tali sebagai pengingat hadits yang dipelajarinya.
Imam Malik bin Anas dikenal berwajah tampan, berkulit putih kemerah-merahan, berperawakan tinggi besar, ber­jenggot lebat, pakaiannya selalu bersih, suka berpakaian berwarna putih, jika memakai imamah seba­gian diletakkan di bawah dagunya dan ujungnya diuraikan di antara kedua pundaknya. Tokoh yang termasyhur dengan kecer­dasan, keshalihan, keluhuran ji­wanya, dan kemuliaan akhlaqnya itu juga gemar memakai wangi-­wangian dari misik dan yang lain­nya.
Imam Malik menuntut ilmu ke­tika masih berusia belasan tahun. Ketika remaja, Malik yang hidup dalam keadaan sangat miskin sering terpaksa menjual kayu dari atap rumahnya yang runtuh untuk mendapatkan uang bekal mengaji.
Ketika berusia 17 tahun, ulama yang konon berguru kepada 900 orang ulama kalangan tabi’in itu sudah sangat alim dalam ilmu agama. Di antara guru-gurunya adalah Imam Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, dan Abdullah bin Dinar.
Dan ketika usianya menginjak 21 tahun, ia su­dah dipercaya para ulama untuk berfatwa dan membuka majelis ta’lim. Banyak ulama yang mengambil ilmu riwayat darinya, meski saat itu usianya jauh lebih muda. Murid-muridnya antara lain Abdullah Ibnul Mubarak, Al-Qaththan, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qasim, Al-Qa’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya Al-Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats-Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Abu Hudzafah As-Sahmi, dan Az-Zubairi.
Dipercaya menjadi seorang mufti di usia belia, tidak membuat Imam Malik lupa diri. Abu Mush’ab menceritakan, “Aku mendengar Malik berkata, ‘Aku ti­dak berfatwa hingga 70 orang ber­saksi bahwa aku layak berfatwa.” Dalam berfatwa pun Imam Malik terkenal sangat berhati-hati
Walaupun dikenal sebagai ulama terbesar pada masanya, Imam Malik juga tak luput dari ujian. Pada masa pemerintahan Al-Manshur Imam Malik per­nah dipukul dengan cambuk sebanyak tujuh puluh kali lecutan.
Dikisahkan ketika khalifah Al-Manshur melarang Malik menyampaikan hadits, “Tidak ada thalaq bagi orang yang dipaksa.” Tetapi ada orang yang dengki dengannya yang menye­lundup di majelisnya yang menanyakan hadits tersebut hingga Malik menyampaikannya di muka umum. Abu Ja’far yang murka men­cambuk Imam Malik.”
Muhammad bin Umar berkata, “Sesudah kejadian tersebut Malik semakin naik derajatnya di mata manusia.” Adz-Dzahabi menambahkan, “Inilah buah dari ujian yang terpuji, akan mengangkat kedudukan hamba di sisi orang-orang yang beriman.”


B.        SHAHIH AL-BUKHARI KARYA IMAM AL-BUKHARI
Di antara kitab-kitab hadis yang berkembang, kitab Shahih Imam Al-Bukhari merupakan salah satu di antara kitab hadis yang paling populer dan mendapat perhatian luas dari masyarakat. Di antara ulama bahkan mengatakan tidak ada kitab yang paling sahih setelah al-Qur’an selain kitab Shahih Al-Bukhari. Anggapan ulama bahwa kitab Shahih Imam al-Bukhari ini memiliki akurasi yang tinggi, bukan tanpa alasan. Tetapi, memang dipahami dari metode Imam al-Bukhari sendiri di dalam menyeleksi hadis-hadis yang beliau masukan ke dalam kitab Shahih-nya.
Shahih Bukhari adalah karya terbesar dan terpenting di bidang hadits. Sejak dulu banyak ulama yang meyakini, jika kitab Shahih Bukhari dibaca secara berjamaah akan mucul fadhilahnya, seperti untuk menangkal musibah dan memulihkan keamanan suatu daerah.
Nama asli Imam Bukhari adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Ju'fi Al-Bukhari. Julukan penghormatannya Abu Abdullah. Sedangkan nama Bukhari dinisbatkan kepada desa tempat kelahiran beliau, Bukhara. Imam Bukhari lahir pada hari Jum'at 13 Syawal 194 H (810 M), di Bukhara, Uzbekistan. Ayahnya, juga dikenal sebagai ulama ahli hadits yang pernah berguru kepada beberapa tabi’in dan tabiut tabi’in, seperti Imam Malik bin Anas, dan Imam Abdullah bin Al-Mubarak.
Ketika usianya menginjak 10 tahun, Imam Muhammad Al-Bukhari yang mempunyai kecerdasan dan daya ingat yang diatas rata-rata, mulai belajar dan menghafal hadits. Merasa tak cukup dengan sekedar berguru di desanya, ia pun mulai mendatangi tokoh-tokoh ahli hadits di sekitar desanya.
Ketika berusia 16 tahun, nama Muhammad bin Ismail Al-Bukhari mulai dikenal di kalangan muhaditsin sebagai pemuda yang cerdas yang telah hafal Al-Qur'an dan beberapa kitab hadits yang ditulis Imam Abdullah bin Al-Mubarak dan Imam Waki' (guru Imam Syafi’i), ahli hadits pada masanya.
Tahun 210 H, Muhammad Al-Bukhari diajak menunaikan ibadah haji oleh ibunya. Kali ini ia akan mendapatkan kesempatan belajar kepada ulama yang tinggal sepanjang jalur hajinya. Dan seperti yang telah diduga sebelumnya, ketika ibunya kembali ke Bukhara, Muhammad Al-Bukhari memilih untuk tinggal di Mekkah. Di tanah suci ia berguru kepada culama ahli hadits pada masa itu, seperti Al-Walid, Al-Azraqi, dan Ismail bin Salim. Ia juga ia mengunjungi kota Madinah, untuk menemui para anak cucu sahabat Nabi SAW dan mendengarkan hadits dari mereka.
Setelah dirasa cukup, Imam Muhammad Al-Bukhari pun meninggalkan Mekkah dan Madinah, untuk memulai pengembaraan panjangnya menemui para ulama hadits di berbagai pelosok daerah. Ia tercatat sebagai orang pertama melakukan perjalanan terpanjang dalam mencari hadits.
Selama pengembaraannya, Muhammad Al-Bukhari juga sempat menulis beberapa buku tentang hadits. Di antaranya Al-Adab Al-Mufrad, Ra'fu Al-Yadain fii As-Shalah, Birru Al-Walidain, At-Taariikh Al-Ausat, Ad-Dhuafa', Al-Asyribah, dan Al-Hibah. Namun dari sekian banyak karyanya tersebut, Al-Jami’ush Shahih atau Shahih Bukhari lah yang mengabadikan nama Imam Muhammad Al-Bukhari dalam khazanah keilmuan Islam.
Setelah mengembara selama 16 tahun, konon Imam Bukhari berhasil menghimpun sekitar 600.000 hadits, yang diperolehnya dari puluhan negeri dan ribuan guru. Setelah diadakan penyeleksian, menurut perhitungan Ibnu Shalah dan Imam Nawawi, terjaring 7.275 hadits yang dianggap shahih. Jumlah itu termasuk pengulangan hadits dalam beberapa bab berbeda. Sedangkan bila tanpa pengulangan, tercatat sekitar 4.000 hadits.
Lain lagi menurut perhitungan Al-Imam Al-Hafidz. Jumlah hadits shahih dalam kitab karya Al-Bukhari adalah sebanyak 7.397 hadits dengan pengulangan. Sedang bila tanpa pengulangan sebanyak 2.602 hadits.
Kitab Shahih Bukhari memang sangat fenomenal. Hingga saat ini kini lebih dari 100 kitab syarah (penjelasan) Shahih Bukhari telah disusun oleh para ulama. Yang paling terkenal diantaranya adalah : Fathu Al-Baari yang disusun Imam Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Hajar Al-'Asqalani (wafat tahun 853 H), Irsyadu As-Saari disusun Imam Ahmad bin Muhammad Al-Mishri Al-Qashthalani (wafat tahun 923 H), 'Umdatu Al-Qaari karya Al-'Aini (wafat 855 H) dan At-Tawsyih karya Jalaluddin As-Suyuthi.
Dalam teknis penulisanya, Al-Bukhori membuat bab-bab sesuai dengan tema dan materi hadits yang akan ditulisnya, setelah selesai menulis kitab shahihnya, Al-Bukhori memperlihatkanya kepada Ahmad Ibn Hanbal, Ibn Ma’in, Ibn Al-Madani, dan lainnya dari kalangan Ulama’-Ulama’ hadits. Mereka semuanya menilai bahwa hadits-hadits yang terdapat didalamnya kualitasnya tidak diragukan, kecuali 4 buah hadits saja dari sekian banyak hadits yang memerlukan peninjauan ulang untuk dikatakan sebagai hadits shohih.
Dan diantara semua kitab syarah Shahih Bukhari yang pernah dibuat, Fathu Al-Baari dianggap sebagai yang paling bagus, hingga digelari “Penghulu Syarah Bukhari”. Selain syarah, ada juga beberapa kitab yang men-ta’liq (memberi komentar/penjelasan pada bagian-bagian tertentu).
Ada juga ulama yang meringkas kitab tersebut, yang lazim disebut mukhtashar (ringkasan), seperti : At-Tajridu As-Shahih disusun Al-Husain bin Al- Mubarak dan At-Tajridu As-Shahih, oleh Ahmad bin Ahmad bin Abdul Latif Asy-Syiraji Az-Zabidi.
Seabad setelah Shahih Bukhari tersusun, beberapa ulama hadits, seperti Al-Imam Ad-Daraqutni dan Abu Ali Al-Ghassani mengkritik kitab tersebut. Menurut mereka di antara ribuan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, terdapat juga seratusan hadits yang dhaif. Tiga abad kemudian muncul lagi ulama ahli hadits yang membela dan membantah semua kritikan ulama sebelumnya. Bahkan Ibnu Shalah mengatakan bahwa kitab Shahih Bukhari adalah afshah al-kutub ba'da Al-Qur'an (kitab yang paling shahih/otentik setelah Al- Qur'an).
Al Bukhori meninggal di desa Khartand kota Samarkand pada tanggal 31 Agustus 870 M (30 Ramadhan tahun 256 Hijriyah.) pada malam idul fitri pada usia 62 tahun kurang 13 hari, ia dimakamkan selepas sholat dhuhur pada hari raya Idul Fitri.
C.        SHAHIH MUSLIM KARYA IMAM MUSLIM
Penghimpun dan penyusun hadits terbaik kedua setelah Imam Bukhari adl Imam Muslim. Nama lengkapnya ialah Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Ia juga mengarang kitab As-Sahih . Ia salah seorang ulama terkemuka yg namanya tetap dikenal hingga kini. Ia dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H. menurut pendapat yg sahih sebagaimana dikemukakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya ‘Ulama’ul-Amsar.
Ia belajar hadits sejak masih dalam usia dini yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz Irak Syam Mesir dan negara-negara lainnya.
Imam Muslim memiliki jumlah karya yang cukup penting dan banyak. Namun yang paling utama adalah karyanya, Shahih Muslim. Dibanding kitab-kitab hadits shahih lainnya, kitab Shahih Muslim memiliki karakteristik tersendiri, dimana Imam Muslim banyak memberikan perhatian pada ekstraksi yang resmi. Beliau bahkan tidak mencantumkan judul-judul setiap akhir dari satu pokok bahasan. Disamping itu, perhatiannya lebih diarahkan pada mutaba’at dan syawahid.
Walaupun dia memiliki nilai beda dalam metode penyusunan kitab hadits, Imam Muslim sekali-kali tidak bermaksud mengungkap fiqih hadits, namun mengemukakan ilmu-ilmu yang bersanad. Karena beliau meriwayatkan setiap hadits di tempat yang paling layak dengan menghimpun jalur-jalur sanadnya di tempat tersebut. Sementara al-Bukhari memotong-motong suatu hadits di beberapa tempat dan pada setiap tempat beliau sebutkan lagi sanadnya. Sebagai murid yang shalih, beliau sangat menghormati gurunya itu, sehingga beliau menghindari orang-orang yang berselisih pendapat dengan al-Bukhari.
Dalam lawatannya Imam Muslim banyak mengunjungi ulama-ulama kenamaan utk berguru hadits kepada mereka. Di Khurasan ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu ‘Ansan. Di Irak ia belajar hadits kepada Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas’Abuzar; di Mesir berguru kepada ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya dan kepada ulama ahli hadits yang lain.
Muslim berkali-kali mengunjungi Baghdad utk belajar kepada ulama-ulama ahli hadits dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur Muslim sering datang kepadanya untuk berguru sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli ia bergabung kepada Bukhari sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli.
Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya tidak memasukkan hadits-hadits yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadits dalam Sahihnya yang diterimanya dari Bukhari padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadits-hadits yang diterima dari kedua gurunya itu dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.

D.        SUNAN ABU DAUD  KARYA  IMAM  ABU DAUD
Di antara kitab-kitab kumpulan hadits, inilah kitab yang susunannya bercorak fiqih yang penyusunannya sangat sistematis.
Jika kita mengagumi kitab kumpulan hadits karya Imam At-Tirmidzi dan Imam An-Nasa’i, maka kita harus terlebih dulu mengagumi kitab kumpulan hadits karya guru mereka yang juga berjudul As-Sunan. Kitab yang juga banyak bercorak fiqih itu ditulis muhadits dan faqih besar pada masanya yaitu Al-Imam Sulaiman bin Imran bin Al-Asy`ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Imron Al-Azdy As-Sajistani atau biasa disebut Imam Abu Dawud.
Kitab As-Sunan tersebut memuat 4800 hadits yang disaring dari 50.000an hadits. Dan 50.000 hadits itu sendiri merupakan saringan dari ratusan ribu hadits yang diperolehnya saat berkelanan. Kumpulan hadits berjumlah 4800 itulah yang lalu ditulis pada kitab As-Sunan.
Di antara kitab-kitab kumpulan hadits, kitab sunan karya Abu Dawud termasuk yang paling banyak menarik perhatian, karena merupakan salah satu kompilasi hadits hukum yang paling lengkap.
Tentang kualitas kitab tersebut Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah mengomentari, “Kitab Sunan Abu Dawud adalah kitab yang dengan topiknya Allah telah mengkhususkan kedudukan penulisnya. Dalam banyak pembahasan yang bisa menjadi hukum, hendaklah para mushannif (pengarang kitab) mengambil hukum dari kitab itu dan kepada itu pula hendaknya para muhaqqiq (pencari kebenaran) merasa ridha. Sesungguhnya Abu Dawud telah mengumpulkan sejumlah hadits ahkam (hukum) dan menyusun serta mengaturnya dengan sebaik-baiknya. Dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi ia membuang sejumlah hadits dari para perawi yang majruh (mempunyai cela) dan dhu'afa (memiliki kelemahan).”
Demikian besar keutamaan kitab Sunan Abu Dawud, hingga ketika usai disusun, Ibrahim al-Harbi, seorang ulama ahli hadits pada masa itu mengomentari, “Hadits telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagai­mana besi dilunakkan untuk Nabi Dawud.” Ungkapan yang menunjukan keistimewaan seorang ahli hadits itu dimaksudkan, Imam Abu Dawud telah menyederhanakan persoalan hadits yang rumit, mendekatkan yang jauh dan memudahkan yang sukar.
Selain ahli hadits, Imam Abu Dawud juga menonjol sebagai seorang faqih, ahli fiqih. Kefaqihan dan keahliannya dalam ilmu hadits tampak berpadu ketika Imam Abu Dawud mengritik sejumlah hadits yang bertalian dengan hukum fiqih dan dalam penjelasan bab-bab fiqih pada kitab-kitab haditsnya. Kedalaman ilmu Abu Dawud tersebut –meski luar biasa-- cukup dimaklumi mengingat beliau murid kesayangan Imam Ahmad bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali.
Jumlah hadits dalam Sunan Abu Dawud adalah sebanyak 4800 hadits, sebagian ulama menghitungnya sebanyak 5.2.74 hadits. Perbedaan ini dikarenakan sebagian orang menghitung hadits yang diulang sebagai satu hadits dan sebagian lagi menghitungnya sebagai dua hadits. Abu Dawud membagi Sunannya dalam beberapa kitab dan tiap kitab dibagi menjadi beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah diantaranya ada 3 kitab yang tidak dibagi dalam bab-bab. Sedangkan jumlah babnya ada 1.871 bab.
Koleksi hadis Sunan Abu Dawud telah memikat ulama generasi berikutnya untuk mengulas (mensyarahi) kandungannya dan tak kurang dari 13 kitab yang ditulis oleh ulama dengan latar belakang madzhab fiqh yang berbeda, antara lain :
Ma’alim As-Sunan, oleh Al-Khathabi (wafat 388 H); Syarah As-Sunan, oleh Ar-Ramli (wafat 844 H); Syarah As-Sunan, oleh Quthbuddin as-Syafi’i (wafat 652 H) yang naskah aslinya belum pernah digandakan; Aunu Al-Ma’bud, oleh Syamsu al-Haqq al-Adhim Abadi, dinilai sebagai kitab syarah terpadat dan berwawasan luas; Al-Minhal al-’Azbu al-Maurud, oleh syeikh Mahmud al-Subki (wafat 1352 H) mencapai 10 jilid format besar dan dilanjutkan oleh putera beliau syeikh Amin Mahmud al-Subki sehingga selesai menjadi 14 jilid.
Perihal jumlah guru hadits Imam Abu Dawud, ulama ahli hadits berbeda pendapat. Abu Ali Al-Ghosaany, misalnya, menyebutkan nama-nama guru Abu Dawud yang mencapai 300 orang. Sementara Imam Al-Mizzy menyebutkan jumlah 177 nama guru sang Imam dalam kitabnya, Tahdzibul Kamal.

Jumlah yang sama banyak juga tercatat dalam daftar ulama yang pernah menjadi muridnya. Yang paling terkenal tentu saja Imam Abu Isa At-Tirmidzi dan Imam An-Nasa`i, penyusun dua kitab Sunan yang juga termasuk dalam kutubus sittah. Selain mereka tersebut juga nama Abu Bakr bin Abi Daud, Abu Thoyib Ahmad bin Ibrahim Al-Baghdadi, Abu Amr Ahmad bin Ali Al-Bashri, Ali bin Hasan Al-Anshari, Muhammad bin Bakr At-Tammaar, dan Abu Ali Muhammad bin Ahmad Al-Lu’lu’i, yang tidak lain adalah perawi kitab Sunan Abu Dawud.