Jumat, 27 Februari 2015

kesultanan perlak

MAKALAH
Perkembangan Kesultanan Perlak
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia Pra-Kolonial
Dosen pengampu: Zuhrotul Latifah, S.Ag., M.Hum




Disusun oleh:
1.    Aditya Ayu Puspa Sari
2.    Nafi’ Rotus Sholikah



PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Berdasarkan bukti sejarah yang ada, Sumatra merupakan daerah Indonesia yang pertama yang mendapat pengaruh dari Islam. Secara geografis, sangat memungkinkan karena Pulau Sumatra yang terletak di Bagian Barat dari Kepulauan Indonesia.[1]
Peureulak adalah nama suatu daerah di wilayah  Aceh Timur yang banyak ditumbuhi Keyei Peureulak atau Kayu Perlak. Pada abad ke-8 M, Perlak menjadi tempat persinggahan kapal-kapal niaga orang-orang Arab dan Persi.[2] Kesultanan Perlak adalah kesultanan pertama di Nusantara yang berkuasa pada tahun 840-1292 M. Perlak merupakan suatu daerah penghasil kayu perlak yang digunakan sebagai bahan dasar kapal. Pendiri kesultanan Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, penganut madzab Syiah.[3]
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, menjelaskan mengenai perkembangan kesultanan Islam di Sumatra dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan perannya dalam penyebaran Islam?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Berdirinya Kesultanan Perlak
Nama Perlak berasal dari nama “kayu Perlak”. Kayu ini sangat baik untuk dijadikan bahan pembuatan perahu atau kapal, sehingga banyak orang datang mengambil kayu tersebut. Atas dasar itulah daerah penghasil “ kayu Perlak” ini disebut dengan “ Negeri Perlak”. Dalam perkembangan berikutnya, para pedagang atau pengembara yang datang dari Cina, Arab, Persi, dan India singgah ke wilayah tersebut “Negeri Perlak” dengan sebutan “Bandar Perlak”. 
            Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, di negeri Perlak telah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Perlak. Raja yang berkuasa bergelar Meurah, kira-kira sama artinya dengan Maharaja. Perkembangan Perlak semakin baik ketika dipimpin oleh Pangeran Salman, seorang pangeran yang memiliki darah kisra Persia. Keturunan dari Pangeran Salman inilah yang kemudian menikah dengan Muhammad Ja’far Shiddiq dan akhirnya menjadi cikal bakal dari Kesultanan Perlak.[4]
Menurut  Wan Hussein Azmi, Perlak adalah kesultanan pertama di Indonesia. Pendapat Wan Husein ini didasarkan pada catatan Idhar Al-Haq sebuah naskah melayu karya Abu Ishak Makarani  Al- Fasy . Dalam  catatan Idhar Al-Haq pada tahun 790 M berlabuh sebuah kapal layar di Bandar Perlak . Kapal tersebut membawa ratusan juru dakwah yang di nahkodai oleh Khalifah , yang datang dari Teluk Kumbay, Gujarat[5]. Salah satu juru dakwah itu adalah Ali bin Muhammad ja’far Sidiq. Ali bin muhammad ja’far Shiddiq adalah seorang muslim bermazhab syah yang memberontak kepada khalifah Makmun. Dalam pemberontakan itulah Ali bin Muhammmad Ja’far Shiddiq mengalami kekalahan, namun khalifal Al Makmun tidak memberikan hukuman yang berat. Kalifah hanya memrintahkan kepada Ali untuk berdakwah keluar dari negeri Arab, karena itulah Ali bin Muhammad Ja’far mengikuti rombongan dakwah ke Nusantara .
            Putra pertamanya itu bernama Syed Maulana Abdul Azis Syah dan berhasil mendirikan Kesultanan Perlak pada hari selasa Satu hari bulan Muharram tahun 225 H/ 840M,  sebagai Kesultanan Islam pertama di bumi Nusantara. Setelah menjadi sultan, ia diberi gelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah memerintah hingga tahun 864 M.[6]
B.     Perkembangannya   
Adapun para sultan yang memimpin Kerajaan Perlak adalah setelah Sultan Alauddin Sayyid Maulana Abdul Azis Shah (225-249 H/ 840-864 M), adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (249-285H/ 864-888M), dan Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (285-300H/888-913M).[7] Pada masa pemerintahan baginda (aliran syi’ah), aliran Sunni mulai berkembang dalam masyarakat dan sangat tidak disukai aliran syi’ah. Pada akhir pemerintahan sultan ketiga terjadi perang saudara antara dua golongan tersebut.[8]
Setelah wafatnya Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Syah tidak ada pelantikan sultan di Kesultanan Perlak. Hal itu disebabkan oleh tidak kondusifnya suasana Kesultanan Perlak, karena adanya perang saudara dikalangan rakyat Perlak, yaitu antara pengikut Sunni dengan pengikut Syi’ah. Setelah dua tahun dari wafatnya Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Syah, maka dilantiklah Syed Maulana Ali Mughayat Syah sebagai sultan yang baru dan hanya berkuasa selama tiga tahun, yaitu 915-918 M. Diakhir masa pemerintahannya terjadi  lagi pertikaian antara pengikut Sunni dan pengikut Syi’ah. Dalam pertikaian ini kaum Sunni memperoleh kemenangan, sehingga sultan yang akan berkuasa selanjutnya di Kesultanan Perlak adalah sultan-sultan dari kaum Sunni. Berikut nama-nama sultan yang berkuasa di Kesultanan Perlak;
1.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 306-310 H/ 928-932 M.
2.      Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 310-334 H/ 932-956 M.
3.      Sultan Makdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 334-362H/ 956-983 M.[9]
Pada akhir masa pemerintahan Abdul Malik Syah terjadi lagi konflik antara Sunni dan Syi’ah, konflik itu terjadi selama empat tahun dan diakhiri dengan perjanjian persetujuan damai dengan membagi wilayah kesultanan Perlak menjadi dua, yaitu;
a.       Perlak bagian pesisir dikuasi oleh kaum Syi’ah. Perlak pesisir dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Syah, yang berkuasa pada tahun 976-988 M.
b.      Perlak bagian pedalaman dikuasai oleh Sunni. Perlak pedalaman dipimpin oleh Makdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat yang memerintah pada tahun 986-1023 M.
Pada tahun 986 M, kerajaan Budha Sriwijaya melakukan perlawanan terhadap kesultana Perlak pesisir. Dalam perang ini Sultan Alaiddin Syed Maulana Syah sultan perlak pesisir wafat. Kesultanan perlak secara keseluruhan di kuasai oleh Sultan perlak pedalaman yang beraliran suni, yaitu Sultan Makdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat. Perang antara kesultanan Perlak berahir pada tahun 1006 M, ketika Sriwijaya mengundurkan diri untuk menghadapi kerajaan Darmawangsa di pulau Jawa. Setelah berahirnya perang antara Kesultanan perlak dengan kerajaan Budha Sriwijaya, selanjutnya Perlak dipimpin oleh keturunan Sultan Malik Ibrahim Syah dari kaum Sunni.
Berikut nama sultan yang berkuasa di Kesultanan Perlak setelah mangkatnya Sultan Malik Ibrahim Syah :
1.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1023-1059 M.
2.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansyur Syah Johan Brdaulat, memerintah tahun 1059-1078 M.
3.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1078-1119 M.
4.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1119-1135 M.
5.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1135-1160 M.
6.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1160-1173 M.
7.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1173-1200 M.
8.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1200-1230 M.
9.)    Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syad II Johan Berdaulat, memerintah tahun 1230-1267 M.
Sultan Muhammad Amin Syad II memiliki dua orang putri, yaitu putri Ratna Kumala dan putri Gangga. Putri pertama dinikahkan dengan Sultan Malaka yaitu Sultan Mahmud Syah alias Prameswara dan putri pertama dinikahkan dengan Al Malik Al Shaleh.
10.)                        Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis Syah Johan Berdaulat, memerintah tahun 1267-1292 M.
Sultan Malik Abdul Azis adalah sultan terakhir dari Kesultanan Perlak. Setelah dirinya wafat, Kesultanan Perlak digabungkan dengan Kesultanan Samudra Pasai pada masa pemerintahan Sultan Malik Al- Zahir putra Malik Al- Shaleh.[10]





BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Kesultanan Perlak merupakan Kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berdiri pada tahun 225 H/ 840 M dan rajanya Syed Maulana Abdul Azis Syah, yang merupakan keturunan Syi’ah. Banyak terjadi peperangan diantara Syi’ah dan Sunni yang pada akhirnya terjadi perdamaian dengan dibagi wilayahnya menjadi dua, yaitu Perlak Pesisir bagi golongan Syi’ah dan Perlak Pedalaman bagi golongan Sunni.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis Johan Berdaulat adalah sultan terakhir dari Kesultanan Perlak. Sultan Malik Abdul Azis adalah sultan terakhir dari Kesultanan Perlak. Setelah dirinya wafat, Kesultanan Perlak digabungkan dengan Kesultanan Samudra Pasai pada masa pemerintahan Sultan Malik Al- Zahir putra Malik Al- Shaleh
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya.Kesultanan Islam Nusantara.Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2010.
Hasymy.Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia._____:Percetakan Offset,1993.
Supriyadi, Dedi.Sejarah Peradaban Islam.Bandung: Pustaka Setia,2008.
Syaefudin, Machfud.Dinamika Peradaban Islam: Perspektif Historis.Yokyakarta:
Pustaka Ilmu,2013.
Yusuf, Mundzirin.Sejarah Peradaban Islam di Indonesia.Yogyakarta: Pinus,2006.



[1] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2010), hlm. 29
[2] Mundzirin Yusuf, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Pinus, 2006), hlm. 55
[3] Machfud Syaefudin, Dinamika Peradaban Islam: Perspektif Historis, (Yokyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), hlm. 253
[4] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, hlm. 29-31
[5] Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (______: Percetakan Offset,1993), hlm. 146
[6] Mundzirin Yusuf, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, hlm. 55-56
[7] Ibid, hlm. 56
[8]Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia,2008), hlm. 194
[9] Mundzirin Yusuf, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, hlm. 56
[10] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, hlm. 32-34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar