MAKALAH
DINASTI-DINASTI ISLAM DI ANATOLIA DAN TURKI
(TURKI SALJUQ, DANISYMANDIYYAH, DAN QARAMANIYYAH )
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Islam Periode Klasik II
Dosen pengampu: Dra. Ummi Kulsum, M.Hum.

Disusun oleh:
1.
Irfan Khanifudin (13120056)
2.
Nafi’ Rotus Sholikah (13120068)
3.
M. Ferry Hasnum (13120105)
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat penting dalam
perkembangan kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam
politik ketika mereka masuk dalam barisan tentara Bani Abbasiyah. Kemudian
mereka membangun kekuasaan yang independen tetapi masih tetap loyal kepada
khalifah Bani Abbasiyah. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya Dinasti Seljuq,
Danisymendiyyah, dan Qaramaniyyah. Oleh karena itu, makalah ini membahas dinasti-dinasti tersebut dengan
tujuan menambah wawasan tentang dinasti-dinasti kecil di Anatolia dan Turki.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti
Seljuq Rum?
2.
Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti
Danisymendiyyah?
3.
Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti
Qaramaniyyah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Seljuq Rum(470-707 H/1077-1307 M)
1.
Berdirinya
Muncul pada tahun 1075 M di Rum (Asia Kecil), pendirinya
Abu Fawaris Sulaiman ibn Qutlumisy ibn Israel ibn Seljuq. Ia adalah seorang penguasa
dan hakim di Mosul, Diarbakr dan Irak. Kemunculan Sulaiman pertama kali
dimasyarakat terjadi pada saat pertempuran Atsiz, seorang beg dari suku Turki
Yavkiyya. Tetapi, ia gagal memenangkan pertempuran tersebut. Meskipun gagal ia
akhirnya masuk wilayah Anatolia dan menaklukkan Aleppo dan Antioch, kemudian
Konya dari penguasa Yunani. Kemudian menaklukkan Isnik (nikaea) dan menjadikan
kota itu sebagai ibukota pada tahun 467 H/1075M. [1]
2.
Perkembangannya
Pada saat terjadi konflik antara pemimpin agama dan Imperium
Romawi, Sulaiman memanfaatkan hal itu untuk memperkokoh dan memperlebar daerah
kekuasaannya. Ia melakukan konspirasi politik dengan Nichephorus III untuk
menduduki tahta Romawi dan memperluas daerah kekuasaannya sampai kota Uskundar,
selanjutnya dengan bantuan Nichephorus Melissenos ia menaklukkan Phrygia dan
Anatolia Barat.
Pada tahun 475-476 H Sulaiman mengerahkan kekuatan
militernya untuk memerdekakan Armenia dan dapat menguasai Cilicea. Akan tetapi,
ia harus berhadapan dengan Tutusy, saudara Malik Syah dan mengakibatkan ia
terbunuh pada tahun 479 H/1086 M. setelah kematian Sulaiman terjadi kekosongan
kepemimpinan di Isnik. Pada tahun 1092 M putra Sulaiman Kilij Arselan pergi ke
Isnik untuk menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Ia merekonstrusi kerajaan,
membangun kembali ibukota, dan menunjuk gubernur serta komandan militer yang
baru.
Pada tahun 1097 M terjadi pertempuran antara tentara
Seljuq dengan tentara Salib, yang dimenangkan oleh tentara Salib. Hal ini
mengakibatkan kota Isnik jatuh ketangan tentara Salib kemudian Kilij dan
keluarganya pindah ke Konstantinopel. Bulan berikutnya, terjadi peperangan
kembali antara kedua belah pihak dan dimenangkan lagi oleh tentara Salib
walaupun Kilij dibantu oleh beberapa pihak. Untuk menghindari musnahnya
kekuatan militernya, Kilij terpaksa mundur. Pada tahun 1100 M Kilij dan Ahmad
Ghazi menghadang pasukan Salib yang berangkat dari Syiria, serta mengalahkannya
di Malatia, sekaligus menahan pemimpin mereka. Kemenangan tersebut
membangkitkan moral Bangsa Seljuq. Kemudian, Kilij memindahkan ibukotanya di
Konya. Kilij menjalin hubungan dengan kaisar Byzantium untuk saling membantu
melawan tentara Salib. Pada saat penaklukkan kota Mosul, terjadi perlawanan
dengan kerajaan Seljuq Raya di sungai Khabur yang mengakibatkan Kilij Arselan
terbunuh pada saat pertempuran tersebut pada tahun 1107 M.
Sebagai ayahnya Kilij
Arselan I meninggalkan tahta di Konya tanpa pengganti karena anak tertuanya
menjadi tawanan di Isfahan. Kemudian muncul interfensi dari penguasa kerjaan
Danimandiyyah, Mas’ut kemudian dibantu Emir Ghazi ibn Gumusytakim ke istana
Seljuq, dan akhirnya Seljuq Rum berada dibawah kekuasaan Danismandiyyah. Dua
kemenangan diperoleh Sultan Mas’ud dari tangan Byzantium dan tentara Salib,
menjadikan ia sebagai penguasa Negara Islam yang paling kuat pada masanya.
Setelah kematian Mas’ud, anaknya yang
bernama Kilij Arselan II menggantikannya sebagai penguasa Seljuq pada tahun 551
H/1155 M. Ia menghadapi dari pihak Byzantium, akhirnya meletus pertempuran
hebat di Myrioke. Peperangan itu dimenangkan oleh Kilij Arselan II dan
menjadikan Anatolia sebagai tanah Bangsa Turki. Setelah itu kekuasaan dibagi
menjadi sebelas bagian oleh Kilij Arselan II yang dibagikan kepada
anak-anaknya. Pada masa tuanya Kilij Arselan II turun tahta dan justru menjadi
saksi persaingan politik yang dilakukan oleh anak-anaknya sampai dia wafat pada
tahun 588 H/1192 M. Turki Seljuq di Anatolia mencapai masa kejayaannya pada
pemerintahan Ala’ al-Din Kay Qubad I ia membangun tembok besar untuk melindungi
kota Konya, Kaiseri, dan Siva dari serangan bangsa Mongol, membangun armada
laut, membangun industri kapal, masjid, madrasah, jembatan, dan rumah sakit.[2]
3.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai
Masa kejayaannya terlihat pada pemerintahan Ala’ al-Din Kay Qubad I,
diantaranya:
a.
Ia membangun tembok besar untuk melindungi kota Konya, Kaiseri, dan Siva
dari serangan bangsa Mongol,
b.
membangun armada laut,
c.
membangun industri kapal, masjid, madrasah, jembatan, dan rumah
sakit.
4.
Keruntuhannya
Awal keruntuhan Seljuq Rum di Anatolia adalah wafatnya
al-Din Kay Qubad I yang terlalu dini, ia meninggal tanpa pengganti yang kuat
karena anaknya yang bernama ‘Izz al-Din Kay-Kaus II naik tahta itu merupakan
awal dari krisis politik di Anatolia. Kemudian gagal memadamkan pemberontakan Baba
Ishaq itu mengisyaratkan rapuhnya kekuatan politik Seljuq Rum. Invasi bangsa
Mongol ke kota Erzurun dan Anatolia. Dinasti Seljuq Rum berakhir pada tahun 708
H/1308 M. Administrasi pemerintahan diambil alih oleh gubernur, jenderal Mongol,
para pegawai pemerintah, tentara Seljuk dibubarkan, beban pajak yang tinggi
kepada masyarakat Turki, kemiskinan mulai tampak di Anatolia, dan penguasa
Seljuq saat itu dijadikan boneka oleh bangsa Mongol di Anatolia.[3]
5.
Faktor-faktor Kejayaan
a.
Sultan Killij Arselan I yang menjalin kerjasama dengan kaisar Bizantium.
b.
Memenangkan perang salib
c.
Meraih kembali kekuasaan dari Dinasti Danisymandiyyah
d.
Killij Arselan II yang melanjutkan kebijakan ayahnya yaitu dengan
menciptakan kesatuan politik dan pembangunan ekonomi, serta budaya
e.
Ala’ al-Din Kay Qubad I yang membangun tembok besar untuk melindungi
dari serangan mongol
f.
Kerjasama antara pihak Seljuq dengan Khawarizm untuk membendung serangan
Mongol.
6.
Faktor-faktor Keruntuhan
a.
Faktor yang paling penting yang menyebabkan awal keruntuhan Turki Seljuq
adalah wafatnya ‘Ala’ al-Din Kay-Qubad yang terlalu dini dan tanpa pengganti
yang kuat,
b.
Pengganti Kay-Qubad yang mempunyai pribadi yang lemah
c.
Sultan Seljuq yang gagal memadamkan pemberontakan Baba Ishaq
d.
Invasi bangsa Mongol ke kota Erzurun dan Anatolia
B.
Danisymandiyyah(464-573 H/sekitar 1071-1177 M)
1.
Berdirinya
Awal mulanya pusat kekuasaan dinasti Turkoman ini
adalah di Anatolia Utara sekitar Tokat, Amasya, dan Sivas. Pendirinya Danisyimend,
ia datang di Anatolia sebagai seorang ghazi selama terjadi kekacauan setelah
meninggalnya Sulaiman ibn Qutlumisy dari Seljuq. Tak lama kemudian, Danisymend
tampaknya berselisih dengan pasukan Salib pertama. Danisymend merupakan pusat
dari sebuah tradisi ledenga yang epik, yang selama hampir dua abad tertulis,
dalam epik ini ia berhubungan dengan prajurit tapal batas Muslim pertama.
Sayyid Baththal, dalam menerangkan asal-usul Danisymandiyyah sulitlah untuk
melepaskan fakta dan fiksi.[4]
2.
Perkembangannya
Pada awal abad ke-XII, Amir Ghazi Gumisytigin ikut
campur dalam perselisihan dikalangan Seljuq Rum, berperang melawan orang-orang
Armenia di Sisilia dan orang-orang Frank di Edessa, serta pada tahun 521 H/1127
M merebut Kayseri dan Ankara, karena dia berperang melawan orang-orang Kristen,
khalifah Al Mustarsyid memberi gelar Danisymandiyyah gelar Malik (Raja).[5]
3.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai
a.
Diantara Malik ada yang Mampu berperan dalam Suksesi pemerintahan Seljuq
Rum
b.
Amir Ghazi mampu merebut Kayseri dan Ankara
c.
Dinasti yang berhubungan dengan prajurit tapal batas Muslim pertama.
4.
Keruntuhannya
Ketika Malik Muhammad meninggal pada tahun 536 H/1142 M
timbul perselisihan dikalangan putra-putra dan saudaranya, Yaghi-basan
menyatakan dirinya sebagai Amir di Sivas, saudaranya ‘Aynuddin menggantikan di
Elbistan dan Malatya, serta Dzun Nun menguasai Kayseri. Untuk beberapa lama
terdapat persaingan dalam
Danisymandiyyah. Namun sepeninggalan
Yaghi-basan, Kilij Arselan II dari Seljuq beberapa kali ikut campur dalam
persaingan perebutan sivas yang akhirnya membunuh Dzun Nun pada tahun 570 H/1174
M dan menguasai wilayahnya. Sedangkan di Malatya terjadi perselisihan
dikalangan ketiga putra Dzu al-Qarnayn dan penguasa terakhir disini, Nashir
al-Din Muhammad memerintah sebagai raja bawahan Kilij Arselan II sampai ia
mengambil alih Malatya sampai tahun 573 H/1178 M. menurut Ibn Bibi, keluarga
Danisymandiyyah yang masih bertahan bekerja pada Seljuq.[6]
5.
Faktor-faktor Kejayaan
a.
Amir Ghazi yang berani melawan pihak Kristen
b.
Diantara Malik ada yang Mampu berperan dalam Suksesi pemerintahan Seljuq
Rum
6.
Faktor-faktor Keruntuhan
a.
Malik Muhammad meninggal, kemudian menyebabkan terjadinya perebutan
kekuasaan dikalangan saudara dan putera-puteranya.
b.
Kekuasaan terbagi menjadi tiga cabang
c.
Ikut campurnya Kilij Arselan II dalam perebutan kekuasaan dinasti
Danisymandiyyah
C.
Qaramaniyyah (Sekitar 654-888 H/sekitar 1256-1483 M)
1.
Berdirinya
Orang-orang
Qaramaniyyah berasal dari suku Turkmen yang bernama Afsyar dan ayah Qaraman,
Nura adalah seorang syekh sufi terkenal, yaitu sama-sama keturunan Darwisy.
Pada mulanya, mereka berpusat di Ermenek di gunung Taurus bagian barat laut
dimana mereka menjadi raja bawahan Sultan Seljuq di Konya, Rukn al-Din Kilij
Arselan IV.[7]
2.
Perkembangannya
Pada masa
ini mereka tidak bisa hidup tenang bersama orang Mongol dan Mamluk, yang
kesultanannya pernah mereka akui, tetapi pada abad ke-XIV mereka mendirikan Negara
merdeka, yang mengendalikan hampir semua Anatolia tengah dan selatan. Ibukota
mereka adalah Laranda, yang menjadi pusat penting aktivitas seni dan budaya.
Qaramaniyyah menggalakkan penggunaan bahasa Turki sebagai bahasa administrasi
menggantikan bahasa Persi.[8]
3.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai
a.
Mampu mengendalikan hampir semua Anatolia tengah dan selatan,
b.
Ibukota mereka, yaitu Karaman atau Nalanda menjadi pusat penting
aktivitas seni dan budaya,
c.
Menggalakkan bahasa Turki sebagai bahasa dalam pemerintahan menggantikan
bahasa Persia.
4.
Keruntuhannya
Mereka berselisih dengan Usmaniyah yang semakin luas
kekuasaannya, dan pada tahun 792 H/1390 M al-Din Khalil ditindukkan oleh
Bayazid di Aq Chay, dan wilayah kekuasaan Qaramaniyyah pun dianeksasi. Tetapi
setelah kekalahan Bayazid di Ankara pada tahun 805 H/1402 M, timur memulihkan kesultanan banyak
Anatolia yang telah dianeksasi oleh Usmaniyah, termasuk kesultanan
Qaramaniyyah. Perselisihan dengan Usmaniyyah terus berlanjut, karena setelah
direbutnya Isfendiyar Oghullari dari Sinope dan Kastamonu pada tahun 866 H/
1462 M, mereka adalah saingan berat terakhir para Sultan. Qaramaniyyah pun
berhubungan dengan kekuatan-kekuatan di Laut Tengah yang menentang
ekspansionisme Usmaniyyah. Venice dan Paus berupaya bersekutu dengan sultan
Qaraman, dan begitu pula dengan tetangga-tetangga mereka di timur, Aq Qayunlu
Uzun Hasan dan Qasim, Qaramani terakhir, mendukung Jem, seorang Usmani yang
menuntut kedudukan yang menuntut alas an yang sah. Tetapi perselisihan internal
mengenai suksesi memudahkan intervensi Usmaniyyah, dan dinasti ini tak lama
kemudian runtuh.[9]
5.
Faktor-faktor Kejayaan
a.
Kemenangan dengan pihak Usmaniyyah,
b.
Menjalin hubungan dengan kekuatan-kekuatan Mediterania yang menentang
ekspansionisme Ustmaniyyah,
6.
Faktor-faktor Keruntuhan
a.
Adanya perselisihan internal mengenai suksesi pemerintahan,
b.
Intervensi pihak Ustmaniyyah
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Munculnya dinasti Islam di wilayah Anatolia
dan Turki tak lepas dari peran bangsa Turki sebagai barisan militer yang loyal
dari khalifah-khalifah Bani Abbasiyyah kira-kira abad ke-IX masehi. Kemudian
mereka membangun kekuasaan sendiri secara independen tapi masih di bawah
kekuasaan Abbasiyyah, yaitu Saljuq, Danisymandiyyah, dan Qaramaniyyah.
Dinasti-dinasti ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial politik di
wilayah Turki. Namun, pada saat ditinggal mati pemimpin yang paling berpengaruh
para penggantinya sering berselisih dan mengakibatkan kekuasaan mereka
terpecah-belah. Semenjak kehadiran bangsa Mongol di Turki, terjadi banyak
pemberontakan dan invasi yang mengakibatkan dinasti tersebut runtuh. Demikian
sedikit pembahasan tentang dinasti-dinasti di wilayah Anatolia dan Turki.
DAFTAR PUSTAKA
A.Mughni, Syafiq. Sejarah Kebudayaan
Islam di Turki. Cet 1.Jakarta:Logos,1997.
Bosworth, G.E.Dinasti-Dinasti Islam.Bandung:Mizan,1993.