Rabu, 04 Juni 2014

dinasti-dinasti islam di Anatolia dan Turki

MAKALAH
DINASTI-DINASTI ISLAM DI ANATOLIA DAN TURKI
(TURKI SALJUQ, DANISYMANDIYYAH, DAN QARAMANIYYAH )

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Periode Klasik II
Dosen pengampu: Dra. Ummi Kulsum, M.Hum.



Disusun oleh:
1.        Irfan Khanifudin                     (13120056)
2.        Nafi’ Rotus Sholikah               (13120068)
3.        M. Ferry Hasnum                     (13120105)



PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika mereka masuk dalam barisan tentara Bani Abbasiyah. Kemudian mereka membangun kekuasaan yang independen tetapi masih tetap loyal kepada khalifah Bani Abbasiyah. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya Dinasti Seljuq, Danisymendiyyah, dan Qaramaniyyah. Oleh karena itu, makalah ini  membahas dinasti-dinasti tersebut dengan tujuan menambah wawasan tentang dinasti-dinasti kecil di Anatolia dan Turki.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti Seljuq Rum?
2.      Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti Danisymendiyyah?
3.      Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti Qaramaniyyah?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Seljuq Rum(470-707 H/1077-1307 M)
1.      Berdirinya
Muncul pada tahun 1075 M di Rum (Asia Kecil), pendirinya Abu Fawaris Sulaiman ibn Qutlumisy ibn Israel ibn Seljuq. Ia adalah seorang penguasa dan hakim di Mosul, Diarbakr dan Irak. Kemunculan Sulaiman pertama kali dimasyarakat terjadi pada saat pertempuran Atsiz, seorang beg dari suku Turki Yavkiyya. Tetapi, ia gagal memenangkan pertempuran tersebut. Meskipun gagal ia akhirnya masuk wilayah Anatolia dan menaklukkan Aleppo dan Antioch, kemudian Konya dari penguasa Yunani. Kemudian menaklukkan Isnik (nikaea) dan menjadikan kota itu sebagai ibukota pada tahun 467 H/1075M. [1]
2.      Perkembangannya
Pada saat terjadi konflik antara pemimpin agama dan Imperium Romawi, Sulaiman memanfaatkan hal itu untuk memperkokoh dan memperlebar daerah kekuasaannya. Ia melakukan konspirasi politik dengan Nichephorus III untuk menduduki tahta Romawi dan memperluas daerah kekuasaannya sampai kota Uskundar, selanjutnya dengan bantuan Nichephorus Melissenos ia menaklukkan Phrygia dan Anatolia Barat.
Pada tahun 475-476 H Sulaiman mengerahkan kekuatan militernya untuk memerdekakan Armenia dan dapat menguasai Cilicea. Akan tetapi, ia harus berhadapan dengan Tutusy, saudara Malik Syah dan mengakibatkan ia terbunuh pada tahun 479 H/1086 M. setelah kematian Sulaiman terjadi kekosongan kepemimpinan di Isnik. Pada tahun 1092 M putra Sulaiman Kilij Arselan pergi ke Isnik untuk menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Ia merekonstrusi kerajaan, membangun kembali ibukota, dan menunjuk gubernur serta komandan militer yang baru.
Pada tahun 1097 M terjadi pertempuran antara tentara Seljuq dengan tentara Salib, yang dimenangkan oleh tentara Salib. Hal ini mengakibatkan kota Isnik jatuh ketangan tentara Salib kemudian Kilij dan keluarganya pindah ke Konstantinopel. Bulan berikutnya, terjadi peperangan kembali antara kedua belah pihak dan dimenangkan lagi oleh tentara Salib walaupun Kilij dibantu oleh beberapa pihak. Untuk menghindari musnahnya kekuatan militernya, Kilij terpaksa mundur. Pada tahun 1100 M Kilij dan Ahmad Ghazi menghadang pasukan Salib yang berangkat dari Syiria, serta mengalahkannya di Malatia, sekaligus menahan pemimpin mereka. Kemenangan tersebut membangkitkan moral Bangsa Seljuq. Kemudian, Kilij memindahkan ibukotanya di Konya. Kilij menjalin hubungan dengan kaisar Byzantium untuk saling membantu melawan tentara Salib. Pada saat penaklukkan kota Mosul, terjadi perlawanan dengan kerajaan Seljuq Raya di sungai Khabur yang mengakibatkan Kilij Arselan terbunuh pada saat pertempuran tersebut pada tahun 1107 M.
Sebagai ayahnya Kilij Arselan I meninggalkan tahta di Konya tanpa pengganti karena anak tertuanya menjadi tawanan di Isfahan. Kemudian muncul interfensi dari penguasa kerjaan Danimandiyyah, Mas’ut kemudian dibantu Emir Ghazi ibn Gumusytakim ke istana Seljuq, dan akhirnya Seljuq Rum berada dibawah kekuasaan Danismandiyyah. Dua kemenangan diperoleh Sultan Mas’ud dari tangan Byzantium dan tentara Salib, menjadikan ia sebagai penguasa Negara Islam yang paling kuat pada masanya. Setelah kematian Mas’ud,  anaknya yang bernama Kilij Arselan II menggantikannya sebagai penguasa Seljuq pada tahun 551 H/1155 M. Ia menghadapi dari pihak Byzantium, akhirnya meletus pertempuran hebat di Myrioke. Peperangan itu dimenangkan oleh Kilij Arselan II dan menjadikan Anatolia sebagai tanah Bangsa Turki. Setelah itu kekuasaan dibagi menjadi sebelas bagian oleh Kilij Arselan II yang dibagikan kepada anak-anaknya. Pada masa tuanya Kilij Arselan II turun tahta dan justru menjadi saksi persaingan politik yang dilakukan oleh anak-anaknya sampai dia wafat pada tahun 588 H/1192 M. Turki Seljuq di Anatolia mencapai masa kejayaannya pada pemerintahan Ala’ al-Din Kay Qubad I ia membangun tembok besar untuk melindungi kota Konya, Kaiseri, dan Siva dari serangan bangsa Mongol, membangun armada laut, membangun industri kapal, masjid, madrasah, jembatan, dan rumah sakit.[2] 
3.      Kemajuan-kemajuan yang dicapai
Masa kejayaannya terlihat  pada pemerintahan Ala’ al-Din Kay Qubad I, diantaranya:
a.       Ia membangun tembok besar untuk melindungi kota Konya, Kaiseri, dan Siva dari serangan bangsa Mongol,
b.      membangun armada laut,
c.       membangun industri kapal, masjid, madrasah, jembatan, dan rumah sakit. 
4.      Keruntuhannya
Awal keruntuhan Seljuq Rum di Anatolia adalah wafatnya al-Din Kay Qubad I yang terlalu dini, ia meninggal tanpa pengganti yang kuat karena anaknya yang bernama ‘Izz al-Din Kay-Kaus II naik tahta itu merupakan awal dari krisis politik di Anatolia. Kemudian gagal memadamkan pemberontakan Baba Ishaq itu mengisyaratkan rapuhnya kekuatan politik Seljuq Rum. Invasi bangsa Mongol ke kota Erzurun dan Anatolia. Dinasti Seljuq Rum berakhir pada tahun 708 H/1308 M. Administrasi pemerintahan diambil alih oleh gubernur, jenderal Mongol, para pegawai pemerintah, tentara Seljuk dibubarkan, beban pajak yang tinggi kepada masyarakat Turki, kemiskinan mulai tampak di Anatolia, dan penguasa Seljuq saat itu dijadikan boneka oleh bangsa Mongol di Anatolia.[3]
5.      Faktor-faktor Kejayaan
a.       Sultan Killij Arselan I yang menjalin kerjasama dengan kaisar Bizantium.
b.      Memenangkan perang salib
c.       Meraih kembali kekuasaan dari Dinasti Danisymandiyyah
d.      Killij Arselan II yang melanjutkan kebijakan ayahnya yaitu dengan menciptakan kesatuan politik dan pembangunan ekonomi, serta budaya
e.       Ala’ al-Din Kay Qubad I yang membangun tembok besar untuk melindungi dari serangan mongol
f.       Kerjasama antara pihak Seljuq dengan Khawarizm untuk membendung serangan Mongol.                                
6.      Faktor-faktor Keruntuhan
a.       Faktor yang paling penting yang menyebabkan awal keruntuhan Turki Seljuq adalah wafatnya ‘Ala’ al-Din Kay-Qubad yang terlalu dini dan tanpa pengganti yang kuat,
b.      Pengganti Kay-Qubad yang mempunyai pribadi yang lemah
c.       Sultan Seljuq yang gagal memadamkan pemberontakan Baba Ishaq
d.      Invasi bangsa Mongol ke kota Erzurun dan Anatolia

B.     Danisymandiyyah(464-573 H/sekitar 1071-1177 M)
1.      Berdirinya
Awal mulanya pusat kekuasaan dinasti Turkoman ini adalah di Anatolia Utara sekitar Tokat, Amasya, dan Sivas. Pendirinya Danisyimend, ia datang di Anatolia sebagai seorang ghazi selama terjadi kekacauan setelah meninggalnya Sulaiman ibn Qutlumisy dari Seljuq. Tak lama kemudian, Danisymend tampaknya berselisih dengan pasukan Salib pertama. Danisymend merupakan pusat dari sebuah tradisi ledenga yang epik, yang selama hampir dua abad tertulis, dalam epik ini ia berhubungan dengan prajurit tapal batas Muslim pertama. Sayyid Baththal, dalam menerangkan asal-usul Danisymandiyyah sulitlah untuk melepaskan fakta dan fiksi.[4]
2.      Perkembangannya
Pada awal abad ke-XII, Amir Ghazi Gumisytigin ikut campur dalam perselisihan dikalangan Seljuq Rum, berperang melawan orang-orang Armenia di Sisilia dan orang-orang Frank di Edessa, serta pada tahun 521 H/1127 M merebut Kayseri dan Ankara, karena dia berperang melawan orang-orang Kristen, khalifah Al Mustarsyid memberi gelar Danisymandiyyah gelar Malik (Raja).[5] 
3.      Kemajuan-kemajuan yang dicapai
a.       Diantara Malik ada yang Mampu berperan dalam Suksesi pemerintahan Seljuq Rum
b.      Amir Ghazi mampu merebut Kayseri dan Ankara
c.       Dinasti yang berhubungan dengan prajurit tapal batas Muslim pertama.
4.      Keruntuhannya
Ketika Malik Muhammad meninggal pada tahun 536 H/1142 M timbul perselisihan dikalangan putra-putra dan saudaranya, Yaghi-basan menyatakan dirinya sebagai Amir di Sivas, saudaranya ‘Aynuddin menggantikan di Elbistan dan Malatya, serta Dzun Nun menguasai Kayseri. Untuk beberapa lama terdapat persaingan  dalam Danisymandiyyah.  Namun sepeninggalan Yaghi-basan, Kilij Arselan II dari Seljuq beberapa kali ikut campur dalam persaingan perebutan sivas yang akhirnya membunuh Dzun Nun pada tahun 570 H/1174 M dan menguasai wilayahnya. Sedangkan di Malatya terjadi perselisihan dikalangan ketiga putra Dzu al-Qarnayn dan penguasa terakhir disini, Nashir al-Din Muhammad memerintah sebagai raja bawahan Kilij Arselan II sampai ia mengambil alih Malatya sampai tahun 573 H/1178 M. menurut Ibn Bibi, keluarga Danisymandiyyah yang masih bertahan bekerja pada Seljuq.[6]
5.      Faktor-faktor Kejayaan
a.       Amir Ghazi yang berani melawan pihak Kristen
b.      Diantara Malik ada yang Mampu berperan dalam Suksesi pemerintahan Seljuq Rum
6.      Faktor-faktor Keruntuhan
a.       Malik Muhammad meninggal, kemudian menyebabkan terjadinya perebutan kekuasaan dikalangan saudara dan putera-puteranya.
b.      Kekuasaan terbagi menjadi tiga cabang
c.       Ikut campurnya Kilij Arselan II dalam perebutan kekuasaan dinasti Danisymandiyyah
C.    Qaramaniyyah (Sekitar 654-888 H/sekitar 1256-1483 M)
1.      Berdirinya
       Orang-orang Qaramaniyyah berasal dari suku Turkmen yang bernama Afsyar dan ayah Qaraman, Nura adalah seorang syekh sufi terkenal, yaitu sama-sama keturunan Darwisy. Pada mulanya, mereka berpusat di Ermenek di gunung Taurus bagian barat laut dimana mereka menjadi raja bawahan Sultan Seljuq di Konya, Rukn al-Din Kilij Arselan IV.[7]
2.      Perkembangannya
       Pada masa ini mereka tidak bisa hidup tenang bersama orang Mongol dan Mamluk, yang kesultanannya pernah mereka akui, tetapi pada abad ke-XIV mereka mendirikan Negara merdeka, yang mengendalikan hampir semua Anatolia tengah dan selatan. Ibukota mereka adalah Laranda, yang menjadi pusat penting aktivitas seni dan budaya. Qaramaniyyah menggalakkan penggunaan bahasa Turki sebagai bahasa administrasi menggantikan bahasa Persi.[8]
3.      Kemajuan-kemajuan yang dicapai
a.       Mampu mengendalikan hampir semua Anatolia tengah dan selatan,
b.      Ibukota mereka, yaitu Karaman atau Nalanda menjadi pusat penting aktivitas seni dan budaya,
c.       Menggalakkan bahasa Turki sebagai bahasa dalam pemerintahan menggantikan bahasa Persia.
4.      Keruntuhannya
Mereka berselisih dengan Usmaniyah yang semakin luas kekuasaannya, dan pada tahun 792 H/1390 M al-Din Khalil ditindukkan oleh Bayazid di Aq Chay, dan wilayah kekuasaan Qaramaniyyah pun dianeksasi. Tetapi setelah kekalahan Bayazid di Ankara pada tahun 805   H/1402 M, timur memulihkan kesultanan banyak Anatolia yang telah dianeksasi oleh Usmaniyah, termasuk kesultanan Qaramaniyyah. Perselisihan dengan Usmaniyyah terus berlanjut, karena setelah direbutnya Isfendiyar Oghullari dari Sinope dan Kastamonu pada tahun 866 H/ 1462 M, mereka adalah saingan berat terakhir para Sultan. Qaramaniyyah pun berhubungan dengan kekuatan-kekuatan di Laut Tengah yang menentang ekspansionisme Usmaniyyah. Venice dan Paus berupaya bersekutu dengan sultan Qaraman, dan begitu pula dengan tetangga-tetangga mereka di timur, Aq Qayunlu Uzun Hasan dan Qasim, Qaramani terakhir, mendukung Jem, seorang Usmani yang menuntut kedudukan yang menuntut alas an yang sah. Tetapi perselisihan internal mengenai suksesi memudahkan intervensi Usmaniyyah, dan dinasti ini tak lama kemudian runtuh.[9]
5.      Faktor-faktor Kejayaan
a.       Kemenangan dengan pihak Usmaniyyah,
b.      Menjalin hubungan dengan kekuatan-kekuatan Mediterania yang menentang ekspansionisme Ustmaniyyah,
6.      Faktor-faktor Keruntuhan
a.       Adanya perselisihan internal mengenai suksesi pemerintahan,
b.      Intervensi pihak Ustmaniyyah


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Munculnya dinasti Islam di wilayah Anatolia dan Turki tak lepas dari peran bangsa Turki sebagai barisan militer yang loyal dari khalifah-khalifah Bani Abbasiyyah kira-kira abad ke-IX masehi. Kemudian mereka membangun kekuasaan sendiri secara independen tapi masih di bawah kekuasaan Abbasiyyah, yaitu Saljuq, Danisymandiyyah, dan Qaramaniyyah. Dinasti-dinasti ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial politik di wilayah Turki. Namun, pada saat ditinggal mati pemimpin yang paling berpengaruh para penggantinya sering berselisih dan mengakibatkan kekuasaan mereka terpecah-belah. Semenjak kehadiran bangsa Mongol di Turki, terjadi banyak pemberontakan dan invasi yang mengakibatkan dinasti tersebut runtuh. Demikian sedikit pembahasan tentang dinasti-dinasti di wilayah Anatolia dan Turki.

DAFTAR PUSTAKA
A.Mughni, Syafiq. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Cet 1.Jakarta:Logos,1997.
Bosworth, G.E.Dinasti-Dinasti Islam.Bandung:Mizan,1993.



[1] Syafiq A.Mughni,Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Cet 1, (Jakarta:Logos,1997), hlm. 33.

[2]Ibid, hlm. 33-41
[3] Ibid, hlm. 41-43
[4] G.E Bosworth,Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung:Mizan,1993), hlm. 158-159.
[5] Ibid, hlm. 159.
[6]Ibid, hlm. 159.
[7]Ibid, hlm. 160.  
[8]Ibid, hlm. 161.
[9]Ibid, hlm. 161.

dinasti-dinasti islam di Anatolia dan Turki

MAKALAH
DINASTI-DINASTI ISLAM DI ANATOLIA DAN TURKI
(TURKI SALJUQ, DANISYMANDIYYAH, DAN QARAMANIYYAH )

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Periode Klasik II
Dosen pengampu: Dra. Ummi Kulsum, M.Hum.



Disusun oleh:
1.        Irfan Khanifudin                     (13120056)
2.        Nafi’ Rotus Sholikah               (13120068)
3.        M. Ferry Hasnum                     (13120105)



PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika mereka masuk dalam barisan tentara Bani Abbasiyah. Kemudian mereka membangun kekuasaan yang independen tetapi masih tetap loyal kepada khalifah Bani Abbasiyah. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya Dinasti Seljuq, Danisymendiyyah, dan Qaramaniyyah. Oleh karena itu, makalah ini  membahas dinasti-dinasti tersebut dengan tujuan menambah wawasan tentang dinasti-dinasti kecil di Anatolia dan Turki.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti Seljuq Rum?
2.      Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti Danisymendiyyah?
3.      Bagaimana latar belakang munculnya, perkembangan, dan keruntuhan Dinasti Qaramaniyyah?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Seljuq Rum(470-707 H/1077-1307 M)
1.      Berdirinya
Muncul pada tahun 1075 M di Rum (Asia Kecil), pendirinya Abu Fawaris Sulaiman ibn Qutlumisy ibn Israel ibn Seljuq. Ia adalah seorang penguasa dan hakim di Mosul, Diarbakr dan Irak. Kemunculan Sulaiman pertama kali dimasyarakat terjadi pada saat pertempuran Atsiz, seorang beg dari suku Turki Yavkiyya. Tetapi, ia gagal memenangkan pertempuran tersebut. Meskipun gagal ia akhirnya masuk wilayah Anatolia dan menaklukkan Aleppo dan Antioch, kemudian Konya dari penguasa Yunani. Kemudian menaklukkan Isnik (nikaea) dan menjadikan kota itu sebagai ibukota pada tahun 467 H/1075M. [1]
2.      Perkembangannya
Pada saat terjadi konflik antara pemimpin agama dan Imperium Romawi, Sulaiman memanfaatkan hal itu untuk memperkokoh dan memperlebar daerah kekuasaannya. Ia melakukan konspirasi politik dengan Nichephorus III untuk menduduki tahta Romawi dan memperluas daerah kekuasaannya sampai kota Uskundar, selanjutnya dengan bantuan Nichephorus Melissenos ia menaklukkan Phrygia dan Anatolia Barat.
Pada tahun 475-476 H Sulaiman mengerahkan kekuatan militernya untuk memerdekakan Armenia dan dapat menguasai Cilicea. Akan tetapi, ia harus berhadapan dengan Tutusy, saudara Malik Syah dan mengakibatkan ia terbunuh pada tahun 479 H/1086 M. setelah kematian Sulaiman terjadi kekosongan kepemimpinan di Isnik. Pada tahun 1092 M putra Sulaiman Kilij Arselan pergi ke Isnik untuk menggantikan ayahnya yang telah mangkat. Ia merekonstrusi kerajaan, membangun kembali ibukota, dan menunjuk gubernur serta komandan militer yang baru.
Pada tahun 1097 M terjadi pertempuran antara tentara Seljuq dengan tentara Salib, yang dimenangkan oleh tentara Salib. Hal ini mengakibatkan kota Isnik jatuh ketangan tentara Salib kemudian Kilij dan keluarganya pindah ke Konstantinopel. Bulan berikutnya, terjadi peperangan kembali antara kedua belah pihak dan dimenangkan lagi oleh tentara Salib walaupun Kilij dibantu oleh beberapa pihak. Untuk menghindari musnahnya kekuatan militernya, Kilij terpaksa mundur. Pada tahun 1100 M Kilij dan Ahmad Ghazi menghadang pasukan Salib yang berangkat dari Syiria, serta mengalahkannya di Malatia, sekaligus menahan pemimpin mereka. Kemenangan tersebut membangkitkan moral Bangsa Seljuq. Kemudian, Kilij memindahkan ibukotanya di Konya. Kilij menjalin hubungan dengan kaisar Byzantium untuk saling membantu melawan tentara Salib. Pada saat penaklukkan kota Mosul, terjadi perlawanan dengan kerajaan Seljuq Raya di sungai Khabur yang mengakibatkan Kilij Arselan terbunuh pada saat pertempuran tersebut pada tahun 1107 M.
Sebagai ayahnya Kilij Arselan I meninggalkan tahta di Konya tanpa pengganti karena anak tertuanya menjadi tawanan di Isfahan. Kemudian muncul interfensi dari penguasa kerjaan Danimandiyyah, Mas’ut kemudian dibantu Emir Ghazi ibn Gumusytakim ke istana Seljuq, dan akhirnya Seljuq Rum berada dibawah kekuasaan Danismandiyyah. Dua kemenangan diperoleh Sultan Mas’ud dari tangan Byzantium dan tentara Salib, menjadikan ia sebagai penguasa Negara Islam yang paling kuat pada masanya. Setelah kematian Mas’ud,  anaknya yang bernama Kilij Arselan II menggantikannya sebagai penguasa Seljuq pada tahun 551 H/1155 M. Ia menghadapi dari pihak Byzantium, akhirnya meletus pertempuran hebat di Myrioke. Peperangan itu dimenangkan oleh Kilij Arselan II dan menjadikan Anatolia sebagai tanah Bangsa Turki. Setelah itu kekuasaan dibagi menjadi sebelas bagian oleh Kilij Arselan II yang dibagikan kepada anak-anaknya. Pada masa tuanya Kilij Arselan II turun tahta dan justru menjadi saksi persaingan politik yang dilakukan oleh anak-anaknya sampai dia wafat pada tahun 588 H/1192 M. Turki Seljuq di Anatolia mencapai masa kejayaannya pada pemerintahan Ala’ al-Din Kay Qubad I ia membangun tembok besar untuk melindungi kota Konya, Kaiseri, dan Siva dari serangan bangsa Mongol, membangun armada laut, membangun industri kapal, masjid, madrasah, jembatan, dan rumah sakit.[2] 
3.      Kemajuan-kemajuan yang dicapai
Masa kejayaannya terlihat  pada pemerintahan Ala’ al-Din Kay Qubad I, diantaranya:
a.       Ia membangun tembok besar untuk melindungi kota Konya, Kaiseri, dan Siva dari serangan bangsa Mongol,
b.      membangun armada laut,
c.       membangun industri kapal, masjid, madrasah, jembatan, dan rumah sakit. 
4.      Keruntuhannya
Awal keruntuhan Seljuq Rum di Anatolia adalah wafatnya al-Din Kay Qubad I yang terlalu dini, ia meninggal tanpa pengganti yang kuat karena anaknya yang bernama ‘Izz al-Din Kay-Kaus II naik tahta itu merupakan awal dari krisis politik di Anatolia. Kemudian gagal memadamkan pemberontakan Baba Ishaq itu mengisyaratkan rapuhnya kekuatan politik Seljuq Rum. Invasi bangsa Mongol ke kota Erzurun dan Anatolia. Dinasti Seljuq Rum berakhir pada tahun 708 H/1308 M. Administrasi pemerintahan diambil alih oleh gubernur, jenderal Mongol, para pegawai pemerintah, tentara Seljuk dibubarkan, beban pajak yang tinggi kepada masyarakat Turki, kemiskinan mulai tampak di Anatolia, dan penguasa Seljuq saat itu dijadikan boneka oleh bangsa Mongol di Anatolia.[3]
5.      Faktor-faktor Kejayaan
a.       Sultan Killij Arselan I yang menjalin kerjasama dengan kaisar Bizantium.
b.      Memenangkan perang salib
c.       Meraih kembali kekuasaan dari Dinasti Danisymandiyyah
d.      Killij Arselan II yang melanjutkan kebijakan ayahnya yaitu dengan menciptakan kesatuan politik dan pembangunan ekonomi, serta budaya
e.       Ala’ al-Din Kay Qubad I yang membangun tembok besar untuk melindungi dari serangan mongol
f.       Kerjasama antara pihak Seljuq dengan Khawarizm untuk membendung serangan Mongol.                                
6.      Faktor-faktor Keruntuhan
a.       Faktor yang paling penting yang menyebabkan awal keruntuhan Turki Seljuq adalah wafatnya ‘Ala’ al-Din Kay-Qubad yang terlalu dini dan tanpa pengganti yang kuat,
b.      Pengganti Kay-Qubad yang mempunyai pribadi yang lemah
c.       Sultan Seljuq yang gagal memadamkan pemberontakan Baba Ishaq
d.      Invasi bangsa Mongol ke kota Erzurun dan Anatolia

B.     Danisymandiyyah(464-573 H/sekitar 1071-1177 M)
1.      Berdirinya
Awal mulanya pusat kekuasaan dinasti Turkoman ini adalah di Anatolia Utara sekitar Tokat, Amasya, dan Sivas. Pendirinya Danisyimend, ia datang di Anatolia sebagai seorang ghazi selama terjadi kekacauan setelah meninggalnya Sulaiman ibn Qutlumisy dari Seljuq. Tak lama kemudian, Danisymend tampaknya berselisih dengan pasukan Salib pertama. Danisymend merupakan pusat dari sebuah tradisi ledenga yang epik, yang selama hampir dua abad tertulis, dalam epik ini ia berhubungan dengan prajurit tapal batas Muslim pertama. Sayyid Baththal, dalam menerangkan asal-usul Danisymandiyyah sulitlah untuk melepaskan fakta dan fiksi.[4]
2.      Perkembangannya
Pada awal abad ke-XII, Amir Ghazi Gumisytigin ikut campur dalam perselisihan dikalangan Seljuq Rum, berperang melawan orang-orang Armenia di Sisilia dan orang-orang Frank di Edessa, serta pada tahun 521 H/1127 M merebut Kayseri dan Ankara, karena dia berperang melawan orang-orang Kristen, khalifah Al Mustarsyid memberi gelar Danisymandiyyah gelar Malik (Raja).[5] 
3.      Kemajuan-kemajuan yang dicapai
a.       Diantara Malik ada yang Mampu berperan dalam Suksesi pemerintahan Seljuq Rum
b.      Amir Ghazi mampu merebut Kayseri dan Ankara
c.       Dinasti yang berhubungan dengan prajurit tapal batas Muslim pertama.
4.      Keruntuhannya
Ketika Malik Muhammad meninggal pada tahun 536 H/1142 M timbul perselisihan dikalangan putra-putra dan saudaranya, Yaghi-basan menyatakan dirinya sebagai Amir di Sivas, saudaranya ‘Aynuddin menggantikan di Elbistan dan Malatya, serta Dzun Nun menguasai Kayseri. Untuk beberapa lama terdapat persaingan  dalam Danisymandiyyah.  Namun sepeninggalan Yaghi-basan, Kilij Arselan II dari Seljuq beberapa kali ikut campur dalam persaingan perebutan sivas yang akhirnya membunuh Dzun Nun pada tahun 570 H/1174 M dan menguasai wilayahnya. Sedangkan di Malatya terjadi perselisihan dikalangan ketiga putra Dzu al-Qarnayn dan penguasa terakhir disini, Nashir al-Din Muhammad memerintah sebagai raja bawahan Kilij Arselan II sampai ia mengambil alih Malatya sampai tahun 573 H/1178 M. menurut Ibn Bibi, keluarga Danisymandiyyah yang masih bertahan bekerja pada Seljuq.[6]
5.      Faktor-faktor Kejayaan
a.       Amir Ghazi yang berani melawan pihak Kristen
b.      Diantara Malik ada yang Mampu berperan dalam Suksesi pemerintahan Seljuq Rum
6.      Faktor-faktor Keruntuhan
a.       Malik Muhammad meninggal, kemudian menyebabkan terjadinya perebutan kekuasaan dikalangan saudara dan putera-puteranya.
b.      Kekuasaan terbagi menjadi tiga cabang
c.       Ikut campurnya Kilij Arselan II dalam perebutan kekuasaan dinasti Danisymandiyyah
C.    Qaramaniyyah (Sekitar 654-888 H/sekitar 1256-1483 M)
1.      Berdirinya
       Orang-orang Qaramaniyyah berasal dari suku Turkmen yang bernama Afsyar dan ayah Qaraman, Nura adalah seorang syekh sufi terkenal, yaitu sama-sama keturunan Darwisy. Pada mulanya, mereka berpusat di Ermenek di gunung Taurus bagian barat laut dimana mereka menjadi raja bawahan Sultan Seljuq di Konya, Rukn al-Din Kilij Arselan IV.[7]
2.      Perkembangannya
       Pada masa ini mereka tidak bisa hidup tenang bersama orang Mongol dan Mamluk, yang kesultanannya pernah mereka akui, tetapi pada abad ke-XIV mereka mendirikan Negara merdeka, yang mengendalikan hampir semua Anatolia tengah dan selatan. Ibukota mereka adalah Laranda, yang menjadi pusat penting aktivitas seni dan budaya. Qaramaniyyah menggalakkan penggunaan bahasa Turki sebagai bahasa administrasi menggantikan bahasa Persi.[8]
3.      Kemajuan-kemajuan yang dicapai
a.       Mampu mengendalikan hampir semua Anatolia tengah dan selatan,
b.      Ibukota mereka, yaitu Karaman atau Nalanda menjadi pusat penting aktivitas seni dan budaya,
c.       Menggalakkan bahasa Turki sebagai bahasa dalam pemerintahan menggantikan bahasa Persia.
4.      Keruntuhannya
Mereka berselisih dengan Usmaniyah yang semakin luas kekuasaannya, dan pada tahun 792 H/1390 M al-Din Khalil ditindukkan oleh Bayazid di Aq Chay, dan wilayah kekuasaan Qaramaniyyah pun dianeksasi. Tetapi setelah kekalahan Bayazid di Ankara pada tahun 805   H/1402 M, timur memulihkan kesultanan banyak Anatolia yang telah dianeksasi oleh Usmaniyah, termasuk kesultanan Qaramaniyyah. Perselisihan dengan Usmaniyyah terus berlanjut, karena setelah direbutnya Isfendiyar Oghullari dari Sinope dan Kastamonu pada tahun 866 H/ 1462 M, mereka adalah saingan berat terakhir para Sultan. Qaramaniyyah pun berhubungan dengan kekuatan-kekuatan di Laut Tengah yang menentang ekspansionisme Usmaniyyah. Venice dan Paus berupaya bersekutu dengan sultan Qaraman, dan begitu pula dengan tetangga-tetangga mereka di timur, Aq Qayunlu Uzun Hasan dan Qasim, Qaramani terakhir, mendukung Jem, seorang Usmani yang menuntut kedudukan yang menuntut alas an yang sah. Tetapi perselisihan internal mengenai suksesi memudahkan intervensi Usmaniyyah, dan dinasti ini tak lama kemudian runtuh.[9]
5.      Faktor-faktor Kejayaan
a.       Kemenangan dengan pihak Usmaniyyah,
b.      Menjalin hubungan dengan kekuatan-kekuatan Mediterania yang menentang ekspansionisme Ustmaniyyah,
6.      Faktor-faktor Keruntuhan
a.       Adanya perselisihan internal mengenai suksesi pemerintahan,
b.      Intervensi pihak Ustmaniyyah


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Munculnya dinasti Islam di wilayah Anatolia dan Turki tak lepas dari peran bangsa Turki sebagai barisan militer yang loyal dari khalifah-khalifah Bani Abbasiyyah kira-kira abad ke-IX masehi. Kemudian mereka membangun kekuasaan sendiri secara independen tapi masih di bawah kekuasaan Abbasiyyah, yaitu Saljuq, Danisymandiyyah, dan Qaramaniyyah. Dinasti-dinasti ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial politik di wilayah Turki. Namun, pada saat ditinggal mati pemimpin yang paling berpengaruh para penggantinya sering berselisih dan mengakibatkan kekuasaan mereka terpecah-belah. Semenjak kehadiran bangsa Mongol di Turki, terjadi banyak pemberontakan dan invasi yang mengakibatkan dinasti tersebut runtuh. Demikian sedikit pembahasan tentang dinasti-dinasti di wilayah Anatolia dan Turki.

DAFTAR PUSTAKA
A.Mughni, Syafiq. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Cet 1.Jakarta:Logos,1997.
Bosworth, G.E.Dinasti-Dinasti Islam.Bandung:Mizan,1993.



[1] Syafiq A.Mughni,Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Cet 1, (Jakarta:Logos,1997), hlm. 33.

[2]Ibid, hlm. 33-41
[3] Ibid, hlm. 41-43
[4] G.E Bosworth,Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung:Mizan,1993), hlm. 158-159.
[5] Ibid, hlm. 159.
[6]Ibid, hlm. 159.
[7]Ibid, hlm. 160.  
[8]Ibid, hlm. 161.
[9]Ibid, hlm. 161.