MAKALAH
Agama
Shinto
Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Agama-agama
Dosen pengampu:
Dr. Siti Maryam, M.Ag.

Disusun oleh:
1.
Aditya Ayu Puspa Sari
2.
Nafi’ Rotus Sholikah
PROGRAM
STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS
ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Shintoisme
adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai
sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat nasional Jepang
sebagai warisan nenek moyang mereka yang dijadikan pedoman hidupnya.[1] Sebagai
agama asli Jepang, agama Shinto memiliki sejarah yang cukup unik dalam
kehidupan beragama. Selain agama asli Jepang Shinto, ada pula agama Buddha,
Konfusius, Taoisme, berbagai kelompok keagamaan yang sering disebut agama-agama
baru, agama rakyat, agama Kristen, dan Islam. Dari berbagai agama tadi, telah
membentuk apa yang disebut dengan agama Jepang. Bahkan, Shinto sebagai nama
untuk menyebut kepercayaan dan tradisi asli jepang. Dan baru digunakan setelah
agama tadi bertemu dan berinteraksi dengan agama-agama yang berasal dari Cina,
terutama agama Buddha dan Konfusius.[2]
Dalam agama Shinto proses terbentuknya upacara keagamaannya maupun ajarannya memperlihatkan
perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah dalam agama Shinto yang sukar
dipahami dengan tepat ke dalam bahasa lainnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana latar belakang munculnya agama Shinto?
2.
Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan agama Shinto?
3.
Apa saja pokok-pokok ajaran Agama Shinto?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar belakang munculnya agama Shinto
Latar
belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama dengan latar belakang
historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Nama asli bagi
agama itu ialah Kami no Michi,[3]
yang bermakna “Jalan Dewa”.[4] Sedangkan,
nama Shinto adalah kata majemuk dari kata “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin”
adalah roh dan “To” adalah jalan. Jadi, Shinto mempunyai arti jalannya roh,
baik roh-roh yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To”
adalah berdekatan dengan arti kata “Tao” dari Tiongkok dalam Taoisme yang
berarti jalan dewa atau jalan bumi dan langit. Sedangkan kata “Shin” atau
“Shen” juga identik dengan kata “Ying” dalam Taoisme yang berarti gelap, basah,
negatif, dan sebagainya. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka
kemungkinan besar Shinto dipengaruhi paham-paham keagamaan dari Tiongkok.[5]
Pada
saat Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli itu terdesak
ke belakang oleh nama baru, yaitu Shi-To. Nama itu berubah bunyi dari Tien-Tao
yang bermakna “Jalan-Langit”. Perubahan bunyi itu serupa halnya dengan
aliran Chan, sebuah sekte agama Buddha mazhab Mahayana di Tiongkok, menjadi
aliran Zen sewaktu berkembang di Jepang.[6]
B.
Pertumbuhan dan perkembangan agama Shinto
Agama
Shinto timbul pada masa Prasejarah, dan siapa pembangunnya tidak dapat
diketahui dengan pasti penyebarannya ialah di Asia dan yang terbanyak di
Jepang. Kira-kira pada abad ke-VI masehi agama Budha masuk ke Jepang dari
Tiongkok melalui Korea. Satu abad kemudian agama itu telah berkembang dengan
pesat. Bahkan lama kelamaan agama itu dapat mendesak agama Shinto. Akan tetapi,
karena agama Shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada
raja, maka raja pun berusaha untuk melindunginya. Sehingga pada tahun 1396 agama
Shinto ditetapkan sebagai agama Negara.
Kemudian
agama Shinto bercampur dengan agama Budha. Demikian pula dengan agama Kong Hu
Chu yang masuk ke Jepang langsung dari tanah aslinya, kira-kira pada abad
pertengahan ke VII. Akhirnya ketiga agama itu bergandengan bersama sampai
sekarang. Hal itu tidaklah aneh, karena orang Jepang tidak menolak kepercayaan
yang masuk negerinya, asalkan tidak menganggu keselamatan Negara.
Tujuan
utama bagi para penganut agama Shinto adalah kebahagiaan bagi kehidupan dunia.
Mereka menganggap[7]
orang yang sudah mati tidak dapat membantu mereka dalam mejalani hidup ini. Dari
abad ke abad kultus ( Kebaktian) kepada roh nenek moyang selalu berubah
bentuknya, tetapi sifat kultus yang khas masih tetap sama. Orang Jepang tidak
menolak aliran –aliran yang datang kesana karena itu, maka agama Budha dan lain
– lain yang datang di Jepang dapat berkembang dengan baik.
Kalau
diperhatikan mula-mula agama Shinto itu memuja dewa, memilih satu diantaranya
yang terpenting yaitu, “ Amaterasu Omi Kami”. Maka dapat di katakan bahwa
agama Sintho adalah agama polytheisme yang monotheisme.
C.
Pokok Ajaran Agama Shinto
Agama ini mengandung dua unsur kepercayaan :
1.
Menyembah alam ( nature workship)
2.
Menyembah roh nenek moyang ( ancestor workship)
Menurut
agama ini orang diwajibkan menyembah orang yang mereka sebut “Kami”. Kami
tersebut ada yang berasal dari orang yang meninggal dunia, tetapi ada yang
berasal dari benda alam. Yang berasal dari orang yang telah meninggal,
misalnya:
a.
“Kami” dari para leluhur tiap-tiap suku (
biasanya Kami ini dipunyai oleh anggota dari tiap-tiap suku tersebut).
b. “Kami”
dari para pahlawan
c.
“Kami” dari para nenek moyang tiap keluarganya
sendiri ( biasanya dianggap sebagai pelindung rumah tangga).[8]
Sedangkan
kami-kami yang lain, yang berasal dari benda-benda alam dan kekuatan alam,
misalnya: “Kami” dari matahari, bulan , petir, kilat, sungai , gunung,
pohon, dan sebagainya. Di dalam penyembahan terhadap “Kami” biasanya dipimpin
oleh pendeta-pendeta dan pada saat memimpin upacara, mereka berpakaian khusus.
Dua kali sehari pendeta-pendeta tersebut menyajikan sajian di dalam kuil,
dengan membaca mantra-mantra dan pujian-pujian .[9] Adapun
sendi-sendi ajaran agama Shinto dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Api dianggap suci, sebagai lambang kesucian dewa-dewa,
dipelihara oleh suku Nakomi, suatu suku yang mulia dan berkuasa.
b. Jiwa dianggap
suci jiwa yang suci itu memaksa seseorang untuk mengakui kesalahan-kesalahan
yang telah dilakukannya. Orang bersalah harus menghukum dirinya sendiri
c. Kebersihan diri,
tiap orang harus memelihara dirinya dari segala kotoran supaya tetap bersih,
sebab dewa-dewa tidak menghampiri orang-orang yang berjiwa kotor.
d. Memelihara
pergaulan, orang-orang jahat jangan didekati, sebab kejahatan itu timbulnya
dari jiwa yang jahat. Dan orang berusaha
menjauhkan diri dari pancaran jiwa dan roh jahat tersebut.
e.
Kerusakan jiwa karena hantu dan syetan dia memasuki
jiwa manusia melalui suara yang jahat oleh karena itu orang berusaha menjauhkan
jiwanya jangan sampai di masuki syetan dan jauh dari perkataan-perkataan yang
keji dan kotor.
Kitab suci agama Shinto ialah:
a.
Kojiki : berisi cerita-cerita dan naluri kuno
b. Nihongi : berisi
cerita-cerita Jepang
c.
Yengishiki: berisi nyanyian dan pujaan[10]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Agama
Shinto timbul pada zaman Prasejarah dan siapa pembawanya tak dapat dikenal
dengan pasti. Nama asli agama itu ialah Kami no Michi yang bermakna
jalan dewa. Pada saat Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama
asli itu terdesak kebelakang oleh nama baru, yaitu Shin-To. Nama baru
itu perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna jalan langit.
Konsep
Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu : " Semua
benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh,
spirit atau kekuatan jadi wajib dihormati" Sejak awal sebenarnya secara
natural manusia sudah menyadari bahwa mereka bukanlah mahluk kuat dan di luar
mereka ada kekuatan lain yang lebih superior yang langsung ataupun tidak
langsung berpengaruh terhadap kehidupan mereka sehari-hari. Pengakuan,
kekaguman, ketakutan, dan juga kerinduan pada Spirit atau "Kekuatan
Besar" yang disebut dengan nama “Kami” atau “Kami Sama”.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Mukti.Agama Jepang.Yogyakarta:PT.Bagus
Arafah,1981.
Sou’yb, Joesoef.Agama-agama Besar di Dunia,
cet. III.Jakarta:Al Husna Zikra,1996.
Djam’annuri,dkk.Agama
Jepang, cet. I.Yogyakarta:Sukses Offset,2008.
Ahmadi,Abu.Perbandingan
Agama.Jakarta:Rineka Cipta,1991.
Arifin.Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar.Jakarta:Golden
Terayon Press,1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar