Rabu, 04 Juni 2014

agama shinto

MAKALAH
Agama Shinto

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Agama-agama
Dosen pengampu: Dr. Siti Maryam, M.Ag.




Disusun oleh:
1.    Aditya Ayu Puspa Sari
2.    Nafi’ Rotus Sholikah



PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat nasional Jepang sebagai warisan nenek moyang mereka yang dijadikan pedoman hidupnya.[1] Sebagai agama asli Jepang, agama Shinto memiliki sejarah yang cukup unik dalam kehidupan beragama. Selain agama asli Jepang Shinto, ada pula agama Buddha, Konfusius, Taoisme, berbagai kelompok keagamaan yang sering disebut agama-agama baru, agama rakyat, agama Kristen, dan Islam. Dari berbagai agama tadi, telah membentuk apa yang disebut dengan agama Jepang. Bahkan, Shinto sebagai nama untuk menyebut kepercayaan dan tradisi asli jepang. Dan baru digunakan setelah agama tadi bertemu dan berinteraksi dengan agama-agama yang berasal dari Cina, terutama agama Buddha dan Konfusius.[2]
  Dalam agama Shinto proses terbentuknya  upacara keagamaannya maupun ajarannya memperlihatkan perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah dalam agama Shinto yang sukar dipahami dengan tepat ke dalam bahasa lainnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang munculnya agama Shinto?
2.      Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan agama Shinto?
3.      Apa saja pokok-pokok ajaran Agama Shinto?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar belakang munculnya agama Shinto
Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Nama asli bagi agama itu ialah Kami no Michi,[3] yang bermakna “Jalan Dewa”.[4] Sedangkan, nama Shinto adalah kata majemuk dari kata “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah roh dan “To” adalah jalan. Jadi, Shinto mempunyai arti jalannya roh, baik roh-roh yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To” adalah berdekatan dengan arti kata “Tao” dari Tiongkok dalam Taoisme yang berarti jalan dewa atau jalan bumi dan langit. Sedangkan kata “Shin” atau “Shen” juga identik dengan kata “Ying” dalam Taoisme yang berarti gelap, basah, negatif, dan sebagainya. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shinto dipengaruhi paham-paham keagamaan dari Tiongkok.[5]
Pada saat Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli itu terdesak ke belakang oleh nama baru, yaitu Shi-To. Nama itu berubah bunyi dari Tien-Tao yang bermakna “Jalan-Langit”. Perubahan bunyi itu serupa halnya dengan aliran Chan, sebuah sekte agama Buddha mazhab Mahayana di Tiongkok, menjadi aliran Zen sewaktu berkembang di Jepang.[6]
B.     Pertumbuhan dan perkembangan agama Shinto
Agama Shinto timbul pada masa Prasejarah, dan siapa pembangunnya tidak dapat diketahui dengan pasti penyebarannya ialah di Asia dan yang terbanyak di Jepang. Kira-kira pada abad ke-VI masehi agama Budha masuk ke Jepang dari Tiongkok melalui Korea. Satu abad kemudian agama itu telah berkembang dengan pesat. Bahkan lama kelamaan agama itu dapat mendesak agama Shinto. Akan tetapi, karena agama Shinto mengajarkan penganutnya untuk memuja dan berbakti kepada raja, maka raja pun berusaha untuk melindunginya. Sehingga pada tahun 1396 agama Shinto ditetapkan sebagai agama Negara.
Kemudian agama Shinto bercampur dengan agama Budha. Demikian pula dengan agama Kong Hu Chu yang masuk ke Jepang langsung dari tanah aslinya, kira-kira pada abad pertengahan ke VII. Akhirnya ketiga agama itu bergandengan bersama sampai sekarang. Hal itu tidaklah aneh, karena orang Jepang tidak menolak kepercayaan yang masuk negerinya, asalkan tidak menganggu keselamatan Negara.
Tujuan utama bagi para penganut agama Shinto adalah kebahagiaan bagi kehidupan dunia. Mereka menganggap[7] orang yang sudah mati tidak dapat membantu mereka dalam mejalani hidup ini. Dari abad ke abad kultus ( Kebaktian) kepada roh nenek moyang selalu berubah bentuknya, tetapi sifat kultus yang khas masih tetap sama. Orang Jepang tidak menolak aliran –aliran yang datang kesana karena itu, maka agama Budha dan lain – lain yang datang  di Jepang  dapat berkembang dengan baik.
Kalau diperhatikan mula-mula agama Shinto itu memuja dewa, memilih satu diantaranya yang terpenting yaitu, “ Amaterasu Omi Kami”. Maka dapat di katakan bahwa agama Sintho adalah agama polytheisme yang monotheisme.
C.     Pokok Ajaran Agama Shinto
Agama ini mengandung dua unsur kepercayaan :
1.      Menyembah alam ( nature workship)
2.      Menyembah roh nenek moyang ( ancestor workship)
Menurut agama ini orang diwajibkan menyembah orang yang mereka sebut “Kami”. Kami tersebut ada yang berasal dari orang yang meninggal dunia, tetapi ada yang berasal dari benda alam. Yang berasal dari orang yang telah meninggal, misalnya:
a.       Kami” dari para leluhur tiap-tiap suku ( biasanya Kami ini dipunyai oleh anggota dari tiap-tiap suku tersebut).
b.      Kami” dari  para pahlawan
c.       Kami” dari para nenek moyang tiap keluarganya sendiri ( biasanya dianggap sebagai pelindung rumah tangga).[8]
Sedangkan kami-kami yang lain, yang berasal dari benda-benda alam dan kekuatan alam, misalnya: “Kami” dari matahari, bulan , petir, kilat, sungai , gunung, pohon, dan sebagainya. Di dalam penyembahan terhadap “Kami” biasanya dipimpin oleh pendeta-pendeta dan pada saat memimpin upacara, mereka berpakaian khusus. Dua kali sehari pendeta-pendeta tersebut menyajikan sajian di dalam kuil, dengan membaca mantra-mantra dan pujian-pujian .[9] Adapun sendi-sendi ajaran agama Shinto dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Api dianggap suci, sebagai lambang kesucian dewa-dewa, dipelihara oleh suku Nakomi, suatu suku yang mulia dan berkuasa.
b.      Jiwa dianggap suci jiwa yang suci itu memaksa seseorang untuk mengakui kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya. Orang bersalah harus menghukum dirinya sendiri
c.       Kebersihan diri, tiap orang harus memelihara dirinya dari segala kotoran supaya tetap bersih, sebab dewa-dewa tidak menghampiri orang-orang yang berjiwa kotor.
d.      Memelihara pergaulan, orang-orang jahat jangan didekati, sebab kejahatan itu timbulnya dari  jiwa yang jahat. Dan orang berusaha menjauhkan diri dari pancaran jiwa dan roh jahat tersebut.
e.       Kerusakan jiwa karena hantu dan syetan dia memasuki jiwa manusia melalui suara yang jahat oleh karena itu orang berusaha menjauhkan jiwanya jangan sampai di masuki syetan dan jauh dari perkataan-perkataan yang keji dan kotor.
Kitab suci agama Shinto ialah:
a.       Kojiki : berisi cerita-cerita dan naluri kuno
b.      Nihongi : berisi cerita-cerita Jepang
c.       Yengishiki: berisi nyanyian dan pujaan[10]   

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Agama Shinto timbul pada zaman Prasejarah dan siapa pembawanya tak dapat dikenal dengan pasti. Nama asli agama itu ialah Kami no Michi yang bermakna jalan dewa. Pada saat Jepang berbenturan dengan kebudayaan Tiongkok maka nama asli itu terdesak kebelakang oleh nama baru, yaitu Shin-To. Nama baru itu perubahan bunyi dari Tien-Tao, yang bermakna jalan langit.
Konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu : " Semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit atau kekuatan jadi wajib dihormati" Sejak awal sebenarnya secara natural manusia sudah menyadari bahwa mereka bukanlah mahluk kuat dan di luar mereka ada kekuatan lain yang lebih superior yang langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap kehidupan mereka sehari-hari. Pengakuan, kekaguman, ketakutan, dan juga kerinduan pada Spirit atau "Kekuatan Besar" yang disebut dengan nama “Kami” atau “Kami Sama”.














DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti.Agama Jepang.Yogyakarta:PT.Bagus Arafah,1981.
Sou’yb, Joesoef.Agama-agama Besar di Dunia, cet. III.Jakarta:Al Husna Zikra,1996.
Djam’annuri,dkk.Agama Jepang, cet. I.Yogyakarta:Sukses Offset,2008.
Ahmadi,Abu.Perbandingan Agama.Jakarta:Rineka Cipta,1991.
Arifin.Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar.Jakarta:Golden Terayon Press,1997.




[1] Arifin.Menguak misteri Agama-agama Besar, cet. VII,(Jakarta:Golden Terayon Press,1997),hlm. 47.
[2]Djam’annuri, dkk,Agama Jepang,(Yogyakarta:Bidang Akademik,2008),hlm. 1.
[3]Djam’annuri, dkk,Agama Jepang,hlm. 27.
[4] Joesoef Sou’yb,Agama-agama Besar di Dunia, cet. III,(Jakarta:Al Husna Zikra,1996),hlm. 207-208.
[5]Arifin.Menguak misteri Agama-agama Besar, cet. VII,hlm. 47.
[6] Joesoef Sou’yb,Agama-agama Besar di Dunia, cet. III,hlm. 207-208.

[7] Abu Ahmadi,.Perbandingan Agama,(Jakarta:Rineka Cipta,1991),hlm. 67.
[8]Ibid,hlm. 68
[9]Ibid,hlm. 69.
[10]Ibid,hlm. 70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar