Rabu, 04 Juni 2014

Andalusia dibawah kekuasaan para hajib

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dinasti Umayyah berkuasa di Andalusia pada tahun 711-103 M. Pemerintahannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pada masa penaklukan sampai dengan tahun 775 dan berada di bawah gubernur, masa imarah ( keamiran), dan masa khalifah.  
Pada pemerintahan Abdul Al-Rahman III yang bergelar An-Nashir di Spanyol diperintah oleh seorang penguasa yang bergelar khalifah penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III bahwa Al Muktadir, khalifah daulah Abbasiyah di Bagdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu, Abd Al Rahman Al-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M). Pada periode ini umat islam di Spanyol mencapai pucak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Bagdad. Awal dari kehancuran khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam II naik tahta dalam usia 11 tahun. Oleh karena itu, kekuasaan berada ditangan para pejabat diantaranya Hajib Al-Mansur. Selanjutny pada tahun 981 M, Hisyam II mengukuhkan kekuasaan Al Manshur sebagai pemegang kekusaan secara mutlak.[1]

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut kami telah merumuskan masalah antara lain:
1.)    Bagaimana kondisi pemerintahan masing-masing hajib?
2.)    Bagaimana akhir kondisi pemerintahan hajib?



BAB II
PEMBAHASAN
A.           Kebijakan pemerintahan masing-masing Hajib.
1.       Muhammad bin Abi Amir(Hajib Al-Manshur)
Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah bahwa Al-Manshur menjadi Hajib ketika Hakam II naik tahta pada usia dini. Dalam masanya ia mengembangkan kemakmuran kearah dalam dan luar, baik dalam bidang pertanian, perdagangan, maupun perusahaan, sekalipun peperangan pada masanya berkembang ke luar.
Satu perkara yang tercatat oleh ahli-ahli sejarah ialah pada masa pemerintahannya itu ditandai dengan perkembangan bidang ilmiah dan perpustakaan. Dibuktikannya dengan 73 perpustakaan dan sejumlah besar toko buku,(pilip halaman 669) ia juga amat gemar dan haus mengumpulkan karya-karya ilmiah dan karya-karya keagamaan dari segenap penjuru wilayah Islam.
           
a.      Kebijakan militer
1.)    Hajib Al-Manshur menguasai tentaranya, mereformasi tentaranya yaitu dengan mengganti organisasi militer ala kesukuan menjadi resimen.
2.)    Untuk mendukung kemiliterannya Hajib Al-Manshur membeli 8000 kuda setiap tahun dan mengimport 1000 kuda dari afrika Utara.[2]
3.)    Pemberian fasilitas bagi suku Berber.
Ia memberikan fasilitas bagi suku Berber di dalam lembaga ketentaraan untuk menggantikan unsur-unsur Arab selanjutnya ia membentuk sebuah lembaga kepolisian rahasia yang diberi nama Al-Urafak (dapat disamakan dengan Res-Krim Indonesia). Al Manshur mengundang dari berbagai suku Berber untuk ikut berpartisipasi di dalamnya.[3]
b.      Ekspedisi militer
Dalam melakukan ekspedisinya Hajib Al-Mansur banyak melakukan berbagai penyerangan wilayah diantaranya,
1.)    Pasukannya berhasil melawan dan menguasai Zamora yang dikuasai Ramiro III,
2.)    Pada tahun 985 M Al-Mansur melakukan ekspedisi ke utara melewati Elvira, Baza dan Lorca.
3.)    Dia juga melakukan ekspedisinya ke Mauritania dengan menggunakan pasukan besar dibawah pasukan Asqalajah.
4.)    Pada tahun 986 M pasukan Hajib Al-Mansur berhasil merebut kembali kota Sevulaida dan menguasai lagi benteng Barcelona yang direbut kembali oleh bangsawan Borel.[4]
c.       Administrasi pemerintahan
1.)    Propinsi yang terpisah dari Cordova masing-masing diperintah oleh seorang gubernur sipil dan militer yang disebut Wali
2.)    Membentuk hakim-hakim khusus
3.)    Polisi dibagi menjadi dua yaitu, polisi besar dan polisi kecil.
4.)    Bentuk hukuman bisa berupa denda penjara, pemotongan anggota tertentu dan hukuman mati bagi kasus-kasus tertentu.
d.      Kebijakan Ekonomi
Kerajinan seni pembuatan hiasan timbul pada kulit dan menyamak kulit dibawa ke Eropa, Maroko, dan diperkenalkan di Inggris dan Prancis. Wol dan sutera ditenun tidak hanya di Cordova tetapi juga di Almeria dan pusat-pusat kerajinan lainya. Kerajinan tembikar diperkenalkan di Andalusia, orang-orang Islam di Andalusia juga memperkenalkan metode pertanian.
e.       Kebijakan sosial budaya
Kebijakan sosial budaya diantaranya,
1.)    Memperluas dan memperindah Masjid Cordova.
2.)    Manshur mengijinkan pernikahan orang Islam dan orang Kristen.
3.)    Istana Manshur berisi para Pujangga, ia juga melindungi para Cindekiawan.

B.     Hajib Al-Mujaffar (Abdul Malik )
Setelah Al-Manshur wafat, ia segera berangkat ke Cordova untuk meminta kepada khalifah Hisyam Al-Muayyad Billah agar mengangkatnya menjadi Al-Hijabah menggantikan ayahnya. Seperti yang dinginkannya ia diangkat menjadi hajib. Ia menjalankan politik dalam dan luar negerinya seperti ayahnya, juga dalam pertempuran yang berkelanjutan terhadap wilayah-wilayah Kristen di Utara. Ia menjadi teladan dalam sifat malu dan keberaniannya.
Kebijakan-kebijakan Abdul Malik Al Muzhaffar
diantaranya,
1.)    Menghapus seperenam pungutan yang pernah diwajibkan kepada kaum muslimin sebelumnya.
2.)    Menyerang pihak Kristen utara.
3.)    Melarang pasukannya menghancurkan rumah-rumah yang berada di dalam benteng yang baru saja ditaklukkannya.
4.)    Memerintahkan pemindahan kaum muslimin kesana untuk memakmurkan wilayah tersebut.
5.)    Memerikan gaji bulanan untuk mereka dari Baitul Mal.
6.)    Mengirimkan surat kabar gembira kepada khalifah Hasyim al-Mu’ayyad dan kepada kaum muslimin di Cordova.
7.)    Sebagai hakim penengah dalam menyelesaikan masalah. 
C.    Hajib Abdurrahman Al-Manshur
Pada tahun 399 H Abdul Malik meninggal dunia lalu digantikan oleh saudaranya yaitu Abdurrahman, yang nama panggilanya Sanchol Hajibate. Abdurrahman memegang kendali kekuasaan di Negeri tersebut. Namun iya berbeda dengan ayah dan saudaranya. Abdurrahman adalah pemuda yang nakal, fasik, suka minum khamar, gemar berzina dan banyak kemungkaran. Ia melakukan hal yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh bani Amir, yaitu memaksa khalifah Hisyam bin Hakam untuk mengangkatnya sebagai pewaris tahta sepeninggalnya. Tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan terhadap kalangan bani Umayyah dan masyarakat Andalusia.
Kebijakan-kebijakan Abdurrahman diantaranya,
Mereka tidak mampu melakukan apa-apa karena Abdurrahman telah menetapkan seluruh wilayah Andalusia ditangan bani Amir. Abdurrahman memperparah keadaan dengan mewajibkan para prajuritnya mengenakan serban-serban ahli teologi. Pada saat Abdurrahman sedang keluar menaklukkan wilayah Kristen Utara ,rakyat Andalusia  memanfaatkan keadaan ini mereka menemui Hisyam bin Hakam untuk mencopotnya dan menggantikannya dengan Muhammad bin Hisyam (al- Mahdi) seorang dari kalangan bani Umayyah. Dia mampu merampas isi istana Az-Zuhra dan menghancurkannya menjadi abu.            



BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan


























DAFTAR PUSTAKA




[1]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004),hlm. 97
[2] Ike Sumaryati,Skripsi Kepemimpinan Hajib Al Manshur di Andalusia dan Pengaruhnya tahun 2009,hlm 34-36
[3] Joesoef Sou’yb,Sejarah Daulah Umayyah II di Cordova, (Jakarta:Bulan Bintang),hlm. 146-147  
[4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar