Ilmu Sejarah dan Ilmu Bantu Sejarah
Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas materi kuliah Pengantar Ilmu Sejarah yang diampu oleh bapak
Maman Abdul Mali Sya’roni
Disusun Oleh :
1.
Aminah. NIM : (13120035)
2.
Nafi’ Rotus Sholikah. NIM : (13120068)
3.
Siti Fatimah NIM
: (13120109)
UIN SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin.Allahumma sholli ‘ala
sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.
Puji syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberi
rahmat kepada kita semua.
Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW.
Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah PENGANTAR ILMU SEJARAH yang diampu oleh bapak Maman Abdul Mali Sya’roni .Dalam menulis makalah ini,
penyusun merasa banyak kekurangan dan
kekhilafan dikarenakan penyusun masih dalam tahap belajar.
Akan
tetapi, harapan penyusun
semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya dan semoga kita memperoleh rida Allah SWT.
Amin
ya rabbal ‘alamin.
Yogyakarta, 7 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………...…….i
Daftar
Isi………………………………………………………………................... ii Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..…….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….…….…..2
A. Pengertian Ilmu Sejarah dan Ilmu bantu Sejarah………………………………………………………1
B. apa saja konsep dalam
ilmu sejarah……...……………………………2
C. apa macam-macam dan
fungsi Ilmu bantu Sejarah ….3
Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………..1
B. Saran……………………………………………………………………2
Daftar Pustaka………………………………………………………….iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada
materi ini, penulis akan membahas secara ringkas mengenai latar belakang yang
menjadi dasar pemilihan topik makalah, perumusan masalah berdasarkan topik yang
dibahas, ruang lingkup atau batasan masalah yang dibahas, tujuan penelitian
untuk menunjukkan hal-hal yang ingin dicapai pada penelitian ini, manfaat
penelitian untuk mengetahui hal-hal positif apa yang bisa didapat melalui
penelitian ini, dan sistematika penyajian dari penelitian ini.
Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata syajaratun, yang memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon kayu disini adalah adanya kejadian, perkembangan, dan suatu peristiwa yang membentuk suatu kontinuitas dari suatu kejadian. Di dalam ilmu sejarah sendiri memiliki arti yang cakupannya sangat luas karena sangat berhubungan dengan masyarakat di masa lalu. Oleh karena itu terdapat adanya ilmu bantu sejarah yang membantu dalam perkembangan ilmu sejarah itu sendiri. dalam perjalanan di dalm sejarah itu sendiri sejarawan memerlukan sejumlah ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan fokus-fokus penelitiannya, yang mencakup sejak dari sejarah yang paling “purba” sampai kepada yang paling mutakhir. Buku introduction dari Langlois dan Seignobos, sejak tahap satu penelitian telah mewajibkan sejarawan untuk mengetahui dan menggunakan ilmu-ilmu Bantu ini. Ilmu bantu sejarah saling berkaitan dengan ilmu sejarah yang sesuai dengan kajian dan objek yang dibahasnya. Semakin luasnya perkembangan yang terdapat di dalam ilmu sejarah, ilmu bantu sejarah dapat membuat wawasan akan semakin luas tentang pengertian serta ruang lingkup sejarah itu sendiri.
Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata syajaratun, yang memiliki arti pohon kayu. Pengertian pohon kayu disini adalah adanya kejadian, perkembangan, dan suatu peristiwa yang membentuk suatu kontinuitas dari suatu kejadian. Di dalam ilmu sejarah sendiri memiliki arti yang cakupannya sangat luas karena sangat berhubungan dengan masyarakat di masa lalu. Oleh karena itu terdapat adanya ilmu bantu sejarah yang membantu dalam perkembangan ilmu sejarah itu sendiri. dalam perjalanan di dalm sejarah itu sendiri sejarawan memerlukan sejumlah ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan fokus-fokus penelitiannya, yang mencakup sejak dari sejarah yang paling “purba” sampai kepada yang paling mutakhir. Buku introduction dari Langlois dan Seignobos, sejak tahap satu penelitian telah mewajibkan sejarawan untuk mengetahui dan menggunakan ilmu-ilmu Bantu ini. Ilmu bantu sejarah saling berkaitan dengan ilmu sejarah yang sesuai dengan kajian dan objek yang dibahasnya. Semakin luasnya perkembangan yang terdapat di dalam ilmu sejarah, ilmu bantu sejarah dapat membuat wawasan akan semakin luas tentang pengertian serta ruang lingkup sejarah itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah
:
1. Apa pengertian dari
Ilmu Sejarah dan Ilmu bantu Sejarah?
2. Apa saja pandangan
menurut para tokoh mengenai ilmu bantu sejarah?
3. apakah macam-macam
dan fungsi Ilmu bantu Sejarah?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
ilmu sejarah dan Ilmu bantu Sejarah.
Untuk
mempelajari sejarah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ketentuan yang
dituntut oleh dunia ilmu bukankah pekerjaan mudah, dan sederhana seperti
menghafalkannya tatkala masih duduk di bangku sekolah dasar atau sekolah
menengah. Untuk membaca sumber sejarah, apalagi yang memakai bermacam aksara,
Pallawa Jawa Kuna, Batak Kuna, jawa Tengahan, Jawa Baru, Arab Pegon, Bali,
Bugis, Cina dan lain-lain dengan bahasa yang berbeda-beda pula memerlukan
piranti serta keahlian tersendiri. Belum lagi yang ada hubungannya dengan isi
atau kandungan sumber sejarah yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan
seperti masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, agama,
birokrasi, pemerintahan, ataupun tokoh-tokoh pemegang peran. Sejarawan tidak
dapat bersitegang untuk bekerja sendirian, dan hanya berkubang dalam ilmu sejarah
semata. Sejarawan tidak dapat demikian saja mengabaikan hubungan dan bantuan
dari ilmu-ilmu lainnya yang koheren dengan pokok studi atau pokok kajiannya.
Dalam hal ini sejarawan tidak bekerja sendirian, dan sejumlah ilmu dapat
memberikan bantuan atau bahkan ada yang sepenuhnya mengabdikan diri bagi
kepentingan ilmu sejarah (seperti arkeologi), lazim disebut dengan istilah ilmu
bantu sejarah (auxillary discipline). Jadi ilmu bantu sejarah ini menjadi suatu
ilmu yang dapat membantu memhubungkan pokok-pokok studi yang ada di dalam ilmu
sejarah.
B.
Pandangan
para tokoh mengenai Ilmu bantu Sejarah
Mengenai ilmu apa saja yang termasuk sebagai ilmu
bantu sejarah, di antara para ahli terdapat perbedaan konsep.
LOUIS GOTTSCHALK dalam mengerti sejarah terjemahan Nugroho Notosusanto (1981), menyebutkan filologi, epigrafi, palaeografi, hiraldik genealogi, brafiografi, dan kronologi sebagai ilmu bantu sejarah.
SIDI GAZALBA dalam pengantar Sejarah Sebagai Ilmu menyatakan bahwa ilmu purbakala, ilmu piagam, filologi, palaeografi, kronologi, senumismatik, dan genealogi menjadi ilmu bantu sejarah. Gazalba selanjutnya menambahkan bahwa ilmu sosial seperti etnografi, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya juga dapat membantu sejarawan dalam tugasnya menyusun sejarah.
GILBERT J. GARRAGHAN, S.J. dalam A Guide to Historical Method berpendapat bahwa auxallary sciences (ilmu bantu sejarah) terdori dari : filsafat, biliografi, antropologi, linguistik, arkeologi, epigrafi, numismatik, dan genealogi.
HERU SOEKRADI K. Dalam dasar-dasar Metodologi Sejarah menempatkan filologi, arkeologi, numismatik, kronologi, epigrafi, dan genealogi sebagai “ilmu bantu sejarah”, atau ancillary diciplin. Ilmu-ilmu itu menurut Heru Soekradi sepenuhnya mengabdikan diri untuk sejarah. Adapun yang termasuk sebagai ilmu ilmu bantu sejarah ialah ilmu-ilmu sosial (auxillary disciplin). Menurut hemat penulis semua ilmu-ilmu yang dikemukakan oleh para ahli di atas tidak secara total menyediakan dirinya sebagai kepentingan ilmu sejarah, melainkan dalam batas-batas tertentu yang ada kaitannya dengan permasalahan sejarah, khususnya permasalahan sejarah yang telah dipersoalkan atau aktual dihadapi. Arkeologi bagian tidak terpisahkan dari sejarah kebudayaan. Sehubungan dengan hal di atas sebenarnya tidaklah relevan untuk membrikan batas secara hitam putih atau tegas terhadap mana yang dianggap sebagai ilmu dasar sebagian lagi sebagai ilmu bantu sejarah.
Yang perlu mendapat perhatian adalah penguasaan dalam batas-batas tertentu terhadap konsep-konsep ilmu-ilmu bantu akan memberikan prespektik atau sudut pandang (visi) tertentu dari sejarawan terhadap pokok studi yang dihadapi. Yang dimaksud dalam konteks ini ialah derajad subyektivitas atau pandangan sejarawan akan ikut terpengaruhi oleh penguasaan di atas, subyektivitas itu berdasarkan dimensi tertentu dari ilmu bantu yang digunakan untuk memandang, mendekati pokok studi atau kajian. Pandangan seorang ahli ekonomi mungkin berbeda dengan pandangan mereka yang ahli sosiologi terhadap perang Diponegoro. Berbeda pila mereka yang ahli agama. Subyektivitas yang dihasilkan dikarenakan mereka melihat peristiwa sejarah sebagai fenomena sosial dari sudut keahlian yang berbeda. Subyektivtas yang demikian dalam studi sejarah analitis nampaknya sulit untuk dihindarkan. Subyektivitas yang disebabakan oleh faktor-faktor dimensional disebut subyektivitas dimensional. Bila ditinjau sejarawan menggunakan tinjauan atau pendekatan bersifat multi dimensi dengan sendirinya langkah ini akan mengurangi bahkan dapat menghapus subyektivitas dimensional, yang memandang suatu peristiwa hanya dari dimensi ilmu tertentu. Obyektivitas hasil tinjauan multi dimensi suadah barang tentu memiliki derajad lebih tinggi dibandingkan dengan obyektivitas yang dicapai dengan cara terdahulu.
LOUIS GOTTSCHALK dalam mengerti sejarah terjemahan Nugroho Notosusanto (1981), menyebutkan filologi, epigrafi, palaeografi, hiraldik genealogi, brafiografi, dan kronologi sebagai ilmu bantu sejarah.
SIDI GAZALBA dalam pengantar Sejarah Sebagai Ilmu menyatakan bahwa ilmu purbakala, ilmu piagam, filologi, palaeografi, kronologi, senumismatik, dan genealogi menjadi ilmu bantu sejarah. Gazalba selanjutnya menambahkan bahwa ilmu sosial seperti etnografi, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya juga dapat membantu sejarawan dalam tugasnya menyusun sejarah.
GILBERT J. GARRAGHAN, S.J. dalam A Guide to Historical Method berpendapat bahwa auxallary sciences (ilmu bantu sejarah) terdori dari : filsafat, biliografi, antropologi, linguistik, arkeologi, epigrafi, numismatik, dan genealogi.
HERU SOEKRADI K. Dalam dasar-dasar Metodologi Sejarah menempatkan filologi, arkeologi, numismatik, kronologi, epigrafi, dan genealogi sebagai “ilmu bantu sejarah”, atau ancillary diciplin. Ilmu-ilmu itu menurut Heru Soekradi sepenuhnya mengabdikan diri untuk sejarah. Adapun yang termasuk sebagai ilmu ilmu bantu sejarah ialah ilmu-ilmu sosial (auxillary disciplin). Menurut hemat penulis semua ilmu-ilmu yang dikemukakan oleh para ahli di atas tidak secara total menyediakan dirinya sebagai kepentingan ilmu sejarah, melainkan dalam batas-batas tertentu yang ada kaitannya dengan permasalahan sejarah, khususnya permasalahan sejarah yang telah dipersoalkan atau aktual dihadapi. Arkeologi bagian tidak terpisahkan dari sejarah kebudayaan. Sehubungan dengan hal di atas sebenarnya tidaklah relevan untuk membrikan batas secara hitam putih atau tegas terhadap mana yang dianggap sebagai ilmu dasar sebagian lagi sebagai ilmu bantu sejarah.
Yang perlu mendapat perhatian adalah penguasaan dalam batas-batas tertentu terhadap konsep-konsep ilmu-ilmu bantu akan memberikan prespektik atau sudut pandang (visi) tertentu dari sejarawan terhadap pokok studi yang dihadapi. Yang dimaksud dalam konteks ini ialah derajad subyektivitas atau pandangan sejarawan akan ikut terpengaruhi oleh penguasaan di atas, subyektivitas itu berdasarkan dimensi tertentu dari ilmu bantu yang digunakan untuk memandang, mendekati pokok studi atau kajian. Pandangan seorang ahli ekonomi mungkin berbeda dengan pandangan mereka yang ahli sosiologi terhadap perang Diponegoro. Berbeda pila mereka yang ahli agama. Subyektivitas yang dihasilkan dikarenakan mereka melihat peristiwa sejarah sebagai fenomena sosial dari sudut keahlian yang berbeda. Subyektivtas yang demikian dalam studi sejarah analitis nampaknya sulit untuk dihindarkan. Subyektivitas yang disebabakan oleh faktor-faktor dimensional disebut subyektivitas dimensional. Bila ditinjau sejarawan menggunakan tinjauan atau pendekatan bersifat multi dimensi dengan sendirinya langkah ini akan mengurangi bahkan dapat menghapus subyektivitas dimensional, yang memandang suatu peristiwa hanya dari dimensi ilmu tertentu. Obyektivitas hasil tinjauan multi dimensi suadah barang tentu memiliki derajad lebih tinggi dibandingkan dengan obyektivitas yang dicapai dengan cara terdahulu.
C.
Macam-macam dan fungsi Ilmu bantu Sejarah.
a. Paleontologi
Ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah ada di muka bumi, terutama fosil-fosil disebut paleontologi. Adapun kata fosil berasal dari kata Yunani fissilis yang artinya apa yang digali atau dikeluarkan dari dalam tanah. Kajian paleontologi erat hubungannya dengan geologi, fisika, botani (tumbuh-tumbuhan), zoology (ilmu hewan). Bagi ilmu sejarah, paleontology merupakan periode prasejarah dalam arti luas, yakni ketika manusia dianggap belum ada dimuka bumi ini. Bantuannya bagi sejarah ialah kajian ini dapat menun jukkan sejara hipotesis pada lapisan geologi mana atau kira – kira kapan manusia mulai ada dalam evolusi geologi.
b. Paleoantropologi
Kalau paleoantropologi merupakan ilmu yang mempelajari fosil – fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka paleontropogi adalah ilmu yang mempelajari manusia-manusia purba sehingga disebut juga antropologi ragawi. Obyek yang dipelajari ialah fosil-fosil manusia purba. Ilmu ini bertujuan merekontruksi asal-usul manusia, evolusinya, persebarannya, lingkungan cara hidup dan budayanya.
c. Arkeologi atau ilmu purbakala
Ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah ada di muka bumi, terutama fosil-fosil disebut paleontologi. Adapun kata fosil berasal dari kata Yunani fissilis yang artinya apa yang digali atau dikeluarkan dari dalam tanah. Kajian paleontologi erat hubungannya dengan geologi, fisika, botani (tumbuh-tumbuhan), zoology (ilmu hewan). Bagi ilmu sejarah, paleontology merupakan periode prasejarah dalam arti luas, yakni ketika manusia dianggap belum ada dimuka bumi ini. Bantuannya bagi sejarah ialah kajian ini dapat menun jukkan sejara hipotesis pada lapisan geologi mana atau kira – kira kapan manusia mulai ada dalam evolusi geologi.
b. Paleoantropologi
Kalau paleoantropologi merupakan ilmu yang mempelajari fosil – fosil binatang dan tumbuh-tumbuhan, maka paleontropogi adalah ilmu yang mempelajari manusia-manusia purba sehingga disebut juga antropologi ragawi. Obyek yang dipelajari ialah fosil-fosil manusia purba. Ilmu ini bertujuan merekontruksi asal-usul manusia, evolusinya, persebarannya, lingkungan cara hidup dan budayanya.
c. Arkeologi atau ilmu purbakala
Peninggalan purbakala atau peninggalan arkeologi
merupakan warisan sejarah dalam bentuk visual. Warisan meliputi peninggalan
dari zaman prasejarah (nirleka) dan zaman sejarah, yang terdapat baik di atas
permukaan tanah maupun terpendam di dalamnya. Benda-benda itu dikeluarkan
lewat penggalian (excavasi).
Peninggalan dari periode pra sejarah yang terpenting
diantaranya ialah, kapak-kapak, pra sejarah dalam berbagai perkembangannya dari
chopper, peble, persegi, dan lonjong dapat memberikan pentunjuk tingkat
kehidupan masyarakat dan perekonomiannya pada masa-masa paleolotikum (zaman
batu tua), mesolitikum (zaman batu tengah), dan neolitikum (zaman batu muda).
Berdasarkan
peninggalan seperti menhir, dolmen, sarcofagus, batu kubur, pundek
berundak-undak, dapat pula diperkirakan bagaimana tingkatan kehidupan
kerohanian dan kepercayannya. Dari zaman sejarah (Indonesia) peninggalan
purbakala itu diantaranya meliputu peninggalan bersifat keagamaan seperti
candi, stupa, patung, wihara, patirtan, gua-gua, pura, masjid, serta
makam-makam. Peninggalan berupa alat-alat kehidupan sehari-hari seperti mata
uang kuna, cermin, lampu (blencong), senjata, pintu-pintu gerbang, situs
istana, sumur dan lain-lain. Dalam hal ini candi perlu mendapat perhatian
khusus.
Peninggalan purbakala
dalam bentuk candi merekam banyak data-data sejarah pada zamannya. Yang jelas
ialah sebuh candi memberikan petunjuk tentang agama yang dikaitkan dengan
pendiriannya, atau jenis agama tertentu yang dianut oleh dinasti aatu
masyarakat pada periode tertentu. Candi yang melukiskan perkembangan bentuk
arsitektur. Khusunya arsitektur bangunan suci dari zaman ke zaman. Relief candi
dalam batas tertentu dapat dikatakan sebagai potret kehidupan sosial budaya
pada zamannya. Potret kehidupan sosial budaya yang melingkungi saat
pendiriannya. Misalkan saja pada relief pada candi Jago telah terlukis
bagaimana tingkah laku wanita tatkala melihat pria yang sangat tampan : Arjuna.
Jenis kesenian tertentu seperti tari gambyong (tayub) tampaknya telah ada pada
masa pendirian candi Borobudur. Tari kuda lumping terlukis pada suatu bidang
pada candi Prambanan. Bentuk kehidupan sosial lainnya seperti pasar yang
terlukis pada candi Panataran tidak jauh dari gsmbaran pasar-pasar tradisional
yang masih tersisa saat ini. Pada relief yang terlukis pada candi Sukun
ternyata teknologi pandai besi (Jawa, besalen) yang tidak jauh berbeda denngan
besalen pada masa kini yang menghadapi kepunahan. Dari relief yang tertera pada
patirtan de belakang komplek candi Panataran dan patung dwarapala pada candi
induk jelaslah bahwa fabel, seperti cerita serial kancil telah hidup dan
dikenal luas di kalangan masyarakat pada masa itu. Tidak mustahil cerita yang
sangat termasyhur di kalangan rakyat itu mempunyai fungsi edukatif. Demikian
pila dengan bangunan joglo atau cungkup yang kemudian lazim digunakan pada
komplek-komplek makam Islam telah terlukis pada relief candi Tigawangi dari masa
kerajaan Majapahit. Tidak jarang terdapat hubungan erat antara epigrafi dan
arkeologi. Hal ini terbukti dengan berbagai prasasti atau sumber tertulis
tertentu seperti Pararaton Negarakertagama memberikan petunjuk atau bahkan
berhubungan dengan pendiriannya. Cotoh lain misalnya : prasasti Canggal (732)
dengan candi Gunung Wukir, prasasti Dinaya (760) dengan candi Bandut, prasasti
Kalasan (778) dengan candi Kalasan, prasasti Karangtengah (842) dengan candi
Borobudur. Dalam teks Pararaton juga disebut candi-candi di Jajago (Tumpang),
candi Kidal. Candi Singosari, candi Jawi, candi Rimbi dan lain-lain.
Dari sudut
perkembangan kebudayaan percandian Jawa Tengah mencermeninkan gaya bangunan
tatkala pengaruh kebudayaan dan agama Hindu sedemikian kuat dalam periode
sejarah Indonesia. Di pihak lain bangunan percandian di Jawa Timur
memberikan petunjuk makin menonjolnya unsur kebudayaan Indonesia asli
(Javanisasi), sementara kebudayaan dan agama Hindu makin merosot. Tudak jarang
relief suatu candi atau peninggalan purbakala juga melukiskan lingkungan
sekitarnya khususnya lingkungan fauna, lingkungan alam seperti pohon pandan,
siwalan (pada komplek Sendang Suwur), dan relief gunung atau perbukitan
terlukis hampir disemua obyek kepurbakalaan Islam di pantai utara Jawa.
Peninggalan purbakala sangat penting artinya bagi rekronstruksi sejarah
kebudayaan, di samping juga untuk mengisi celah-celah yang tidak terekam oleh
sumber-sumber tertulis.
Arkeologi adalah kajian ilmiah, mula-mula mengenai hasil artefak dan ekofak kebudayaan prasejarah dengan cara penggalian (ekskavasi) dan pemerian (deskripsi) sisa-sisa peninggalan prasejarah tersebut. Kemudian dikaji juga hasil-hasil kebudayaan atau peninggalan manusia setelah memasuki periode sejarah yang ditemukan melalui ekskavasi-ekskavasi di situs-situs arkeologi yaitu tempat-tempat yang dianggap menyimpan bukti-bukti arkeologis.
Bukti-bukti arkeologi itu dapat dibagi atas tiga kelompok :
1. Artefak ialah semua benda yang dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk dipergunakan bagi segala kepentingan manusia sendiri. Benda-benda ini dapat dipindah-pindahkan tanpa merusak bentuknya seperti tembikar, ujung panah, kampak batu, manik-manik, benda-benda dari logam.
2. Termasuk kedalam kelompok ini misalnya kota-kota lama, rumah atau gedung tua, makam, saluran irigasi, candi-candi, masjid-masjid lama. Benda-benda ini ditemukan melalui penggalian-penggalian karena sudah tertimbun tanah atau masih meninggalkan bekas-bekasnya berupa runtuhan-runtuhan dipermukaan tanah.
3. Ekofak yaitu objek alamiah yang tertimbun bersama-sama dengan artefakdan bekas-bekas pemukiman seperti sisa-sisa makanan kulit kerang, tulang-tulang binatang buruan, tanaman-tanaman budi-daya.
Temuan-temuan rakeologis ini penting sebagai ilmu bantu sejarah karena dari penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan dapat memberikan informasi tentang dimana, bilamana, bagaimana kebudayaan atau suatu peradaban yang tinggi bisa tumbuh, berkembang, dan akhirnya runtuh.
d. Paleografi
Paleografi merupakan ilmu yang mengkaji tentang tulisan-tulisan kuno, termasuk ilmu membaca, menentukan waktu (tanggal), dan menganalisis tulisan-tulisan kuno yang ditulis di atas papirus, tablet-tablet tanah liat, tembikar, kayu, perkamen (vellum), kertas, dan daun lontar.
e. Epigrafi
Epigrafi berasal dari kata up (di atas), graphien (menulis,tulisan). Epigrafi adalah ilmu yang menyelidiki sejarah berdasarkan bahan-bahan tertulis, yaitu tilisan kuno. Karena itu ada yang menyamakan epigrafi dengan paleografi (ilmu tentang tulisan kuno). Tidak mengherankan bila epigrafi sering dihubungkan dengan tulisan-tulisan pada prasasti. Memnag penelitian terhadap prasasti sangat penting bagi studi sejarah Indonesia kuno, sejak zamannya Krom himgga sekarang tidak kurang dari 50% sebagai hasil rekonstruksi sejarah Indonesia kuna berdasarkan penelitian prasasti. Namun juga tidak semua prasasti dapat dimanfaatkan untuk keperluan itu.
Dibalik itu juga perlu diketahui bahwa betapapun
urgensinya prasasti sebagai sejarah, tidak berarti prasasti merekam semua
peristiwa pada zamannya. Prasasti hanya merekam beberapa aspek tertentu seperti
soal-soal polotik, sosial, dan agama. Kehidupan masyarakat pada umunya seperti
ekonomi, seni, budaya, dan lain-lain jarang atau sedikit sekali disinggung
dalam prasasti. Karena bila ingin mengetahui gambaran sejarah secara menyeluruh
masih diperlukan sumber lain seperti karya-karya sastra, peninggalan purbakala,
berita-berita asing dan lain-lain. Pitono dalam hal ini menyarankan agar dapat
mencapai pengetahuan sejarah yang bulat dan obyektif metode yang terbaik dalam
metode komparatif. Sejarah lainnya Sarono Kartodirdjo, pelopor sejarawan sosial
Indonesia menyarankan agar sejarawan dalam berusaha memperoleh pemahaman
sejarah secara utuh menerapkan pendekatan yang dinamakannya pendekatan multi
dimensional (multi dimention approach), atau social scientific approach. Yang
dimaksud ini adalah untuk mencapai kebenaran sejarah yang obyektif, serta
menyeluruh sejarawan harus mengalnalisanya dengan berbagai pendekatan ilmu
sosial atau dimensi ilmu sosial secara terkait.
Tujuan utama epigrafi adalah pembacaan tulisan kuna
tanpa kesalahan. Hai ini sangat ditekankan karena tulisan-tulisan kuna itu
memang sukar dibaca oleh nernagai sebab. Sebab-sebab itu antara lain : (1)
huruf-hurufnya rusak karena bahan prasastinya aus akibat usia ataupun karena
tangan-tngan usil, (2) tiap-tiap periode bentuk hurufnya mengalami
perkembangan, (3) huruf itu sendiri memang sudah tidak terpakai lagi. Lain pada
itu epigrafi juga bertugas menentukan usia , asal tulisan, serta menentukan
kesalahn-kesalahan yang menyelinap dalam teks kemudian membersihkannya. Belum
lagi bila prasasti itu sebagai prasasti turunan (tinulad) yang tidak jarang
menimbulkan kesulitan karena penyalinannya tidak cermat baik dalam aksara maupun
dalam bahasa. Ilmuwan yang pertama kali mengangkat epigrafi sebagai ilmu bantu
sejarah ialah Ludwing Troube. Di Eropa tulisan epigrafi memusatkan perhatiannya
pada naskah atau teks-teks manuskrip Yunani dan pagam-piagam dari zaman
pertengahan.
Berdasarkan bahannya prasasti ada yang dibuat dari
batu (lingo prasasti, lingopala), tembaga (tamra), dan emas atau perak
(swarna). Berdasarkan aksara yang dipakai atau prasasti yang ditulis dengan
abjad Pallawa, sebagai prasasti yang tertua di Indonesia (pasasti Yupa dan
Kutai) abjad Jawa Kuno (prasasti Dinaya), abjad Pra Nagari (prasasti Kalasan
dan Kelurak). Huruf-huruf Pallawa, jawa kuno, jawa tengahan (madia), dan jawa
baru merupakan perkemnagan huruf atau abjad Brahmi.
Ditinjau dari segi bahasanya terdapat prasasti yang
memakai bahasa (1) Sankrit yaitu prasasti Kutai, (2) bahasa Melayu kuno
(Sriwijaya), (3) bahasa Jawa kuna (prasasti zaman Jawa Tengahan dan Jawa Timur,
(4) Bali kuna (prasasti di Bali s/d 1010 AD). Sejak itu sebagian prasasti di
Bali ditulis dengan bahasa Jawa kuna, (5) Sunda kuna (prasasti raja Sri
Jayabhupati Ik. 1030 dan prasasti Batutulis dari Sri Baduga Maharaja,
Pajajaran).
Hasil epigrafi apa yang diperoleh dari pembacaan
prasasti ??
Antara lain : (1) nama dan gelar raja, (2) nama dan gelar
pejabat birokrasi, (3) nama dewa dan pendeta, (4) upacara ritual, (5)
kronologi, (6) jenis hadiah/pemberian raja, (7) kutukan bagi para pelanggar.
Bagi epigrafis atau prasasti di anggap penting karena
: (1) berfungsi sebagai maklumat resmi, (2) sebagai dokumen negara, (3) sebagai
pengabdian suatu peristiwa penting, (4) dianggap sakral dan berkekuatan magis,
(5) bukti sejarah di berbagai bidang dari para raj zaman dahulu, dan (7)
sifatnya yang tahan lama karena dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak.
Apakah prasasti merupakan sumber sejarah tanpa cacat??
Ternyata tidak. Betapapun otentiknya prasasti-prasasti tetap mamiliki kelemahan
sebagai berikut. (1) Hanya memberitakan peristiwa resmi. (2) Pembuatannya
sering mempunyai tendensi tertentu yaitu pemujaan terhadap raja (king worship :
verheerlijking van de vorst). (3) Karena adanya unsur king worship tidak jarang
prasasti kurang obyektif atau bersifat sepihak.
Prasasti terakhir dari sejarah Indonesia kuna ( di
Jawa) ialah prasasti Jiu (1486). Demikian pila abjad Jawa kuna kemudian
berkembang menjadi abjad Jawa tengahan, dan Jawa baru. Prasasti yang
mengabdikan momentum perkembangan bahasa Jawa kuna ke bahasa Jawa tengahan
(madia) ialah prasasti Biluluk Bertarikh 1366 M. Mulai saat itu bahasa Jawa
madia terus berkembang terutama melalui sastra kidung dan macapat. Salah satu
karya dari periode akhir abad XIV yang telah menggunakan bahasa Jawa madia
ialah Serat Nawaruci. Obyek epigrafi pasca Majapahit ialah naskah teks yang
tertulis dalam abjad dan bahasa Jawa tengahan. Misalnya naskah yang oleh B.
Schrieke disebut sebagai Het Boek van Bonang, yang oleh G.W.J. Drewes diberi
nama The Adminition of Sheh Bari. Beberapa inskripsi berabjad Arab juga menjadi
obyek epigrafi Indonesia seperti inskripsi pada makam raja Malik al-Saleh
(Samodra Pasai), Malik Ibrahim, dan inskripsi Fatimah Binti Maemun (di Gresik)
Jawa Timur.
Berdasarkan perkembangan abjad dan bahasa Jawa kuna ke
abjad dan bahasa Jawa tengahan masuk dan berkembang pula unsur kebudayaan
Islam. Antara lain masuknya abjad dan bahas Arab. Karya-karya
historiografi tradisional di luar Jawa seperti Sejarah Melayu, Hikayat
Raja-Raja Pasai, Hikayat Banjar, Hikayat Raja-Raja Kutai semuanya ditulis
dengan aksara Arab yang khusus, yaitu Arab Pegon tetapi berbahasa Melayu.
Naskah terkhir itu disamping menjadi obyek.
Epigrafi adalah pengetahuan mengenai cara membaca,
menentukan tanggal atau waktu, dan menganalisis tulisan atau inskripsi kuno
pada benda-benda yang dapat bertahan lama seperti batu, logam, atau gading. Inskripsi
atau prasasti itu dimaksudkan untuk memberikan informasi, atau catatan mengenai
kejadian-kejadian penting. Kajian atas inskripsi atau prasasti ini acap kali
merupakan satu-satunya sumber informasi pertama atau pengetahuan kita tentang
masa-masa awal sejarah. Dibalik itu juga perlu diketahui bahwa betapapun
urgensinya prasasti sebagai sejarah, tidak berarti prasasti merekam semua
peristiwa pada zamannya. Prasasti hanya merekam beberapa aspek tertentu seperti
aspek-aspek politik, social, dan agama. Kehidupan masyarakat pada umumnya
seperti ekonomi, seni, budaya, dan lain-lain jarang atau sedikit sekali
disinggung dalam prasasti.
f. Ikonografi
Ilmu tentang arca-arca atau patung-patung kuno dari zaman prasejarah dan/atau sejarah disebut epinografi. Arca-arca atau patung-patung ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari bangunan-bangunan keagamaan seperti kuil, gereja, atau candi. Sejumblah besar patung telah dihasilkan oleh masing-masing peradaban kuno dunia seperti mesir. Araca dan patung yang ditemukan di Indonesia tersebut dari tanah liat, batu, dan logam (perunggu perak dan emas). Arca dan patung itu berasal dari zaman prasejarah maupun sejarah.dari zaman prasejarah patung-patung itu menggambarkan wujud nenek moyang seperti di pasemah. Dari zaman sejarah arca dan patung itu menggambarkan orang-orang penting, raja-raja atau ratu.
g. Filologi
Filologi berasal dari kata yunani philologia yang berarti kegemaran berbincang-bincang. Perbincangan atau percakapan sebagai seni memperoleh perhatian khusus dari bangsa yunani. Makna itu kemudian berubah menjadi kata “cinta kepada kata” sebagai pengejahwatan pikiran.ternyata makna itu terus bergeser ke pengertian “perhatian terhadap sastra”. Filologi disebut juga ilmu yang mempelajari nanskah-naskah kuno. Naskah-naskah itu ditulis dalam bahasa-bahasa jawa kuno, sunda kuno, atau melayu.
Batasan lain tentang makna filologi sebagai berikut :
1. Menurut kamus, istilah filologi adalah ilmu yang mempelajari kerokhanian suatu bangsa dengan kekhususannya atau menyelidiki kebudayaan berdasar bahasa dan kesustraannya.
2. Menurut Woordenboek der Nederlandse taal, filologi berhubungan dengan bahasa dan sastra yunani dan romawi, kemudian meluas kepada bahasa dan sastra bangsa lainnya.
3. Menurut Webster New International Dictionary, filologi selain memiliki pengertian seperti telah dikemukakan, kemudian diperluas sebagai pengertian ilmu bahasa serta studi tentang kebudayaan bangsa yang beradab seperti terungkap dalam bahasa, sastra, dan agama mereka.
Indonesia sebenarnya merupakan khasanah raksasa bagi studi filologi, karena naskah-naskah kunonya kebanyakan ditulis dan dibaca dengan huruf daerah. Isinya beranaka ragam mulai sastra, dalam arti terbatas sampai masalah agama, social dan sejarah.yang sangat penting bagi study sejarah ialah bahan mengenai bahasa daerah, yang secara keseluruhan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang kebudayaan Indonesia.
Pentingnya sastra bagi sarana penelitian filologi, karena sastra bukan hanya milik bersama masyarakat, bukan hanya diturunkan lewat generasik, namun sastra juga berfungsi sebagai media ekspresi ide-ide untuk jangka waktu yang lama, pembentuk norma bagi generasi sezaman maupun penerus. Sastra menampilkan gambaran kehidupan yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam batin manusia.
f. Ikonografi
Ilmu tentang arca-arca atau patung-patung kuno dari zaman prasejarah dan/atau sejarah disebut epinografi. Arca-arca atau patung-patung ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari bangunan-bangunan keagamaan seperti kuil, gereja, atau candi. Sejumblah besar patung telah dihasilkan oleh masing-masing peradaban kuno dunia seperti mesir. Araca dan patung yang ditemukan di Indonesia tersebut dari tanah liat, batu, dan logam (perunggu perak dan emas). Arca dan patung itu berasal dari zaman prasejarah maupun sejarah.dari zaman prasejarah patung-patung itu menggambarkan wujud nenek moyang seperti di pasemah. Dari zaman sejarah arca dan patung itu menggambarkan orang-orang penting, raja-raja atau ratu.
g. Filologi
Filologi berasal dari kata yunani philologia yang berarti kegemaran berbincang-bincang. Perbincangan atau percakapan sebagai seni memperoleh perhatian khusus dari bangsa yunani. Makna itu kemudian berubah menjadi kata “cinta kepada kata” sebagai pengejahwatan pikiran.ternyata makna itu terus bergeser ke pengertian “perhatian terhadap sastra”. Filologi disebut juga ilmu yang mempelajari nanskah-naskah kuno. Naskah-naskah itu ditulis dalam bahasa-bahasa jawa kuno, sunda kuno, atau melayu.
Batasan lain tentang makna filologi sebagai berikut :
1. Menurut kamus, istilah filologi adalah ilmu yang mempelajari kerokhanian suatu bangsa dengan kekhususannya atau menyelidiki kebudayaan berdasar bahasa dan kesustraannya.
2. Menurut Woordenboek der Nederlandse taal, filologi berhubungan dengan bahasa dan sastra yunani dan romawi, kemudian meluas kepada bahasa dan sastra bangsa lainnya.
3. Menurut Webster New International Dictionary, filologi selain memiliki pengertian seperti telah dikemukakan, kemudian diperluas sebagai pengertian ilmu bahasa serta studi tentang kebudayaan bangsa yang beradab seperti terungkap dalam bahasa, sastra, dan agama mereka.
Indonesia sebenarnya merupakan khasanah raksasa bagi studi filologi, karena naskah-naskah kunonya kebanyakan ditulis dan dibaca dengan huruf daerah. Isinya beranaka ragam mulai sastra, dalam arti terbatas sampai masalah agama, social dan sejarah.yang sangat penting bagi study sejarah ialah bahan mengenai bahasa daerah, yang secara keseluruhan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang kebudayaan Indonesia.
Pentingnya sastra bagi sarana penelitian filologi, karena sastra bukan hanya milik bersama masyarakat, bukan hanya diturunkan lewat generasik, namun sastra juga berfungsi sebagai media ekspresi ide-ide untuk jangka waktu yang lama, pembentuk norma bagi generasi sezaman maupun penerus. Sastra menampilkan gambaran kehidupan yang mencakup hubungan antara masyarakat dengan orang-orang dan peristiwa yang terjadi dalam batin manusia.
Kegiatan filologi dimulai dari Eropa pada era
renaisans dan humanisme. Pada era itu orang menggali kembali sastra klasik
Yunani Romawi. Kegiatan yang semula bertujuan melakukan kritik teks untuk
mengetahui kemurnian Firman Tuhan serta memahami kekeramatannya ternyata
menumbuhkan kegiatan kritik teks untuk keperluan rekonstruksi naskah yang telah
rusak. Filologi menelitinya lewat bahasa dan makna yang terkandung didalamnya,
kemudian memperbaikinya. Kegiatan itu sebenarnya telah berkembang sejak abad
III BC di perpustakaan dan museum Iskandaria, Mesir. Di waktu berikunya
teks-teks yang telah dibetulkan kemudian disalin oleh para penyalin yang
seringkali pekerjaannya tidak profesional, hingga menimbulkan
kesalahan-kesalahan. Kesalahan – kesalahan itu dapat berupa kata-kata, kalimat,
atau bagian-bagiannya. Ataupun ada halaman yang terlampaui dan tertukar dalam
proses penyalinan.
Dengan ditemukannya teknologi cetak pada abad XV mutu perbaikan
teks menjadi lebih baik, di samping kemungkinan musnahnya suatu naskah makin
kecil. Dengan jalan demikian terjaminlah kelangsungan hidup teks-teks itu turun
temurun. Lewat teks-teks klasik itu para ahli filologi berhasil menggali
nilai-nilai hidup yang terkandung dalam kebudayaan lama.
Indonesia sebenarnya merupakan khasanah raksasa bagi
studi filologi, karena naskahp-naskah kunonya kebanyakan ditulis dan dibaca
dengan huruf daerah. Isinya beraneka ragam mulai sastra, dalam arti terbatas
sampai masalah agama, sosial dan sejarah. Yang sangat penting bagi study
sejarah ialah bahan mengenai bahasa daerah, yang secara keseluruhan dapat
memberikan gambaran lebih jelas tentang kebudayaan Indonesia.
Naskah-naskah bahasa Melayu dan Jawa ditulis pada
bahan kertas. Naskah berbahasa Jawa kuna aslinya ditulis di atas lontar. Di
Jawa naskah lontar dapat dikatakan telah tidak ada orang yang menyimpan, tetapi
di Bali dan Lombok masih banyak. Naskah Batak biasanya memakai kulit kayu atau
rotan. Kecuali di Indonesia, sekitar 26 negara lain menyimpan naskah-naskah
lama dari Indonesia seperti : Malaysia, Singapura, Brunai, Sri Lanka, Thailand,
Mesir, Amerika Serikat, Irlandia, Spanyol, Italia, Jerman Barat, Jerman
timur, Hongaria, Belgia, dan Rusia.
Kegiatan Filologi di tanah air kita baru mulai abad
XIX, dirintis oleh sarjana-sarjana Eropa tertutama Belanda. Diantara mereka itu
: Geriche, Cohenstuart, J.L.A. Brandes untuk bahasa Jawa kuna, Klinkert untuk
bahasa Melayu, Van Ronkel, Von Dewell, Van Hovell untuk syair-syair. Dari
Inggris Thomas S. Raffles dan Crawfurd untuk penelitian bahasa dan naskah
Melayu, Th. Pigeaud untuk bahasa Jawa kuna dan Tengahan, naskah-naskah Islam
oleh Dewes dan B. Schrieke. Dari pihak sarjana Indonesia perintisnya
antara lain Hoesein Djajaningrat, Poebatjaraka, Prijohutomo, Tjan Tjoe Som yang
kesemuanya telah almarhum
h. Genealogi
Genealogi berasal dari kata dasar gene, yaitu plasma pembawa sifat-sifat keturunan. Genealogi berarti ilmu yang mempelajari masalah keturunan. Ia berarti juga saling bergantung dua hal, yaitu yang muda berasal dari yang tua. Misalnya tulisan Jawa berasal dari perkembangan (baca : keturunan) abjad Pallawa. Tulisan Pallawa berasal dari tulisan atau abjad Brahmi, dan lain-lain. Namun dalam konteks ini yang dimaksud genealogi ialah yang menyangkut hubungan keturunan individu.
Peletak dasar genealogi sebagai ilmu ialah J.Ch.
Gatterr (1727-1799), kemudian Q. Lorerirensa menerapkan dalam penulisan ilmiah
(1898). Dalam kenyataan sejarah genealogi sangat penting semenjak menusia
memasuki zaman sejarah, khususnya menyangkut masalah tahta. Perhatikan misalnya
prasati Yupa dari Muarakaman di Kutai. Prsasati itu dengan jelas memberitakan
genealogi Mulawarman dengan leluhurnya : Kudungga. Prasati Canggal (732M)
melukiskan genealogi Sanjaya dan leluhurnya. Prasati Gunung (910M) telah
memberikan gambaran mata rantai genealogi Sanjaya sampai dengan Daksa. Demikian
pula dalam Negarakertagama dan Pararaton diberitakan pula genealogi raja-raja
yang memerintah Singasari dan Majapahit. Mengapa Genealogi menjadi demikian
penting dalam studi sejarah kuna (juga di Indonesia), khususnya bagi
kelangsungan suatu dinasti atau tahta kerajaan? Berbagai peristiwa sejarah yang
besar menggoncangkan seperti huru hara, perang saudara, pemberontakan untuk
mendirikan suatu dinasti baru, dan jatuhnya dinasti lama, salah satu
penyebabnya adalah faktor keturunan atau genealogi.
i. Numismatik
Numismatik atau ilmu mata uang, mengkaji sejarah perkembangan mata uang dari zaman purba sampai sekarang. Mata uang tertua berasal dari peninggalan bangsa Yunani sekitar 700 BC.Dilihat dari bahannya, mata uang ada yang dibuat dari bahan emas, perak, tembaga, aluminium dan kertas. Pada bangsa-bangsa yang masih primitive (masih tingkat prasejarah) tidak jarang mereka memakai benda-benda seperti kulit kerang sebagai alat penukar. Dewasa ini sebagian besar negara-negara di dunia, membuat mata uangnya dari bahan kertas.
Ditinjau dari nilai yang dikandungnya, mata uang
memiliki dua nilai : intrinsik dan nominal. Nilai intrinsik ialah nilai
berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat mata uang. Nilai nominal ialah
nilai tukar dari suatu satuan mata uang sebagaimana tertera padanya. Sebagai
contoh pada mata uang rupiah ada yang bernila nominal Rp.25,- Rp.100,- Rp.500,-
Rp.1000,- Rp.5000,- dan Rp.10.000,-
Bagi kepentingan studi sejarah mata uang diantaranya
memberikan data-data tentang tokoh-tokoh pahlawan dari negara yang
bersangkutan, nilai tukar, nama pejabat yang berwenang, program tertentu dari
suatu pemerintahan, seperti : Keluarga Berencana (KB), pelestarian lingkungan,
peringatan peristiwa-peristiwa tertentu, pengaruh kebudayaan, dan lain-lain.
Dari konteks sejarah ekonomi manfaat numismatik sangat
jelas, karena nilai suatu mata uang, dalam periode tertentu memberikan petunjuk
bagaimana keadaan perekonomian negara yang bersangkutan. Dari segi sejarah
kebudayaan, persebaran suatu mata uang juga memberikan gambaran sampai seberapa
jauh pengaruh suatu negara atau bangsa terhadap perekonomian bangsa lain.
Sebagai contoh pengaruh dalam alat pembayaran atau alat pertukaran
internasional. Persebaran itu juga memberikan petunjuk bagaimana dan sampai
sejauh mana luas pengaruh politik suatu negara terhadap perekonomian dunia atau
internasional. Berdasarkan mata uang yang dikoleksi secara lengn kronologis
dkap dapat pula dipakai sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah suatu negara
atau suatu dinasti. Seperti dekemukakan, di atas mata uang memiliki bahan atau
data-data sejarah yang diperlukan.
j. Ilmu keramik
Keramik adalah nama umum untuk tembikar, cina (china) dan porselin. pengetahuan tentang keramik merupakan ilmu bantu dan kesenian yang penting. Hasil kajian tentang tentang benda-banda ini merupakan bahan penting untuk penyusunan sejarah, baik untuk periode prasejarah maupun periode sejarah.
Tembikar adalah sebutan umum untuk semua alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, misalnya belangga, periuk, piring dan kendi. Kusus untuk keramik cina atau porselin yang ditemukan di Indonesia umumnya berasal dari daratan cina. Temuan-temuan keramik cina ini amat penting untuk sejarah hubungan antara cina,Indonesia, dan negeri-negeri lain di asia, afrika dan eropa.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah adalah ilmu pengetahuan
dengan umumnya yang berhubungan dengan cerita bertarik sebagai hasil penafsiran
kejadian-kejadian dalam masyarakat pada waktuyang telah lampau atau tanda-tanda
lainnya (Muhammmad Yamin). Itu membuktikan bahwa sejarah merupakan suatu
peristiwa yang harus dikaji dan dapat dibuktikan kebenaran faktanya menggunakan
metode ilmiah. Oleh sebab itu sejarah terjadi di masa lalu, sejarawan
membutuhkan ilmu untuk mengetahui masa lalu tersebut dengan berpedoman untuk
membuktikan fakta-fakta yang dimiliki dengan bantu ilmu sejarah tersebut. Jadi
pengertian dari ilmu sejarah tersebut adalah ilmu-ilmu yang dapat dijadikan
sumber-sumber untuk sejarawan dalam penelitian dan penyusunan peristiwa sejarah
tersebut dengan runtut dan memiliki kaitan dengan fakta dari sebuah peristiwa
tersebut. ilmu bantu sejarah memiliki fungsi serta kegunaan yang sangat penting
bagi sejarawan untuk mengkaji suatu peristiwa dengan periode atau topic yang
dipilih dan menjadi alat untuk meganalisis suatu peristiwa sejarah secara
kritis dan ilmiah.
B. Saran.
Sudah
sepantasnya kita untuk mempelajari sejarah secara ilmiah dan kritis, karena di
dalam ilmu sejarah sendiri sudah memiliki ilmu bantu yang membantu untuk
membuat sejarah lebih menuju ke fakta dan baik dalam melihat sejarah dalam
pandangan – pandangan ilmu lain.
DAFTAR
PUSTAKA
AKADEMIK,POKJA.2005.Tauhid.Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN SUKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Macam-Macam Ilmu Bantu
Sejarah., (Online), (http://www.masbied.com/search/macam-macam-ilmu-bantu-sejarah), diakses 19 September 2011
Al – Muthahhiri. 2011. Ilmu Sejarah, (Online), (http://id.shvoong.com/humanities/history/2135529-ilmu-ilmu-bantu-sejarah/), diakses 19 September 2011
Gazalba, Sidi, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Bhratara, Jakarta, 1981.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.
Luky, Dwi Kiki. 2011. Ilmu-ilmu Bantu Sejarah. From http://dwiluky.wordpress.com/2011/07/02/ilmu-ilmu-bantu-sejarah/, 19 September 2011
Gazalba, Sidi, Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Bhratara, Jakarta, 1981.
Kartodirdjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.
Luky, Dwi Kiki. 2011. Ilmu-ilmu Bantu Sejarah. From http://dwiluky.wordpress.com/2011/07/02/ilmu-ilmu-bantu-sejarah/, 19 September 2011
Kasdi Aminuddin, 2005. Memahami Sejarah, Surabaya, UNESA University Press.