Latar Belakang Sejarah
Modal Dasar Bangsa Indonesia pada Pra Islam
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pancasila yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A,M.A
Disusun Oleh :
Nafi’
Rotus Sholikah NIM : (13120068)
UIN SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
JURUSAN
SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin.
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi
wa ashabihi ajma’in.
Puji syukur marilah kita haturkan
kepada Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat kepada kita semua.
Sholawat serta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Penulis menyusun makalah ini
untuk memenuhi tugas mata kuliah PANCASILA yang diampu oleh bapak Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A,M.A.Dalam menulis makalah ini, penyusun merasa banyak
kekurangan dan kekhilafan dikarenakan penyusun masih dalam tahap belajar.
Akan tetapi, harapan penyusun semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan semoga kita memperoleh ridho Allah SWT.
Amin ya rabbal ‘alamin.
Yogyakarta, 26 September 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………...…….i
Daftar Isi………………………………………………………………................... ii
Pendahuluan
A. Latar
Belakang Masalah…………………………………………..……3
B. Rumusan
Masalah…………………………………………….…….…..3
A. Bagaimanakah perkembangan Agama Hindu-Budha di Indonesia………………………………………………………4
B. Berkembangnya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia……...……………………………4
Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………..5
B. Saran……………………………………………………………………5
Daftar
Pustaka………………………………………………………….vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan yang berkembang di Indonesia pada tahap
awal diyakini berasal dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal
abad Masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India,
bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal
arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan
juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain
seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan agama
hindu yang ada di Jawa Tengah. Sedangkan Borobudur adalah merupakan candi
peninggalan agama budha. Agama hindu dan budha masuk di berbagai tempat di
Indonesia melalui berbagai jalur, antara lain pendidikan, perdagangan, dan
lain-lain. Agama budha berkembang lebih dahulu, bahkan untuk beberapa waktu,
Indonesia (sriwijaya) pernah menjadi pusat pendidikan dan pengetahuan agama
budha yang bertaraf internasional.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimanakah
perkembangan Agama Hindu-Budha di Indonesia?
2.
Bagaimana berkembangnya
kerajaan Hindu-Budha di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Agama Hindu-Buddha di Indonesia
1.
Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu dan
Buddha di Indonesia
Ikut sertanya Indonesia dalam perdagangan
Internasional mengakibatkan berbagai pengaruh asing masuk ke nusantara. Salah
satunya adalah agama hindu dan buddha yang besar pengaruhnya diberbagai bidang.
Sejak abad pertama masehi bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan dagang
dengan India. Hubungan dagang antara Indonesia dan India merupakan suatu faktor
dalam proses masuknya pengaruh budaya India.Selain emas, bangsa India juga
memerlukan barang-barang lain, seperti kayu cendana, cengkeh dan lada. Dari
India, para pedagang membawa hasil negerinya yang diperlukan di Indonesia,
seperti wangi-wangian, gading gajah, permadani, dan permata. Sebelum bangsa
Indonesia berhubungan dengan bangsa India, bangsa Indonesia telah memiliki
kebudayaan asli dari zaman prasejarah.
2.
Masuk dan Berkembangnya Budaya Hindu-Buddha di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh India di
Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Dari hubungan perdagangan,
muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke
Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut:
v
Teori
Sudra
Para tokoh yang setuju teori ini menyatakan bahwa
penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta
sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya
hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk
mengubah kehidupannya. Pendukung teori ini adalah Von Van Faber.
v
Teori
Waisya
Kasta waisya terdiri atas para pedagang. Menurut teori
ini, para pedagang dari India berlayar hingga ke Indonesia. Melaui interaksi
dengan masyarakat setempat, mereka pun berhasil memperkenalkan agama hindu.
Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat
bahwa agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang
untuk berdagang di Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah
dengan orang Indonesia.
v
Teori
Kesatria
Teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia
terjadi karena adanya kekacauan politik di India. Golongan kesatria yang kalah
melarikan diri ke Indonesia dan menyebarkan agama Hindu. Prof. Dr. Ir. J. L.
Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum
kesatria atau golongan prajurit. Hal ini di latar belakangi adanya kekacauan
politik dan peperangan di India pada abad IV-V Masehi. Para prajurit yang kalah
perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia,bahkan diduga mendirikan kerajaan
di Indonesia.
v
Teori
Brahmana
Kedatangan kaum brahmana ke Indonesia diduga untuk
memenuhi undangan kepala suku yang tertarik dengan agama Hindu. Tokoh yang
mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa agama
Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh kaum brahmana karena hanya kaum brahmana
yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda.
Teori tersebut sebetulnya juga memiliki kelemahan.
Golongan kesatria dan waisya tidak menguasai bahasa Sansekerta. Oleh karena
itu, kecil kemungkinan bagi mereka untuk menyebarkan agama Hindu yang
berintikan bahasa Sansekerta. Kita ketahui bahwa bahasa sansekerta adalah
bahasa sastra tertinggi yang di pakai dalam kitab suci Weda. Sebalikya,
meskipun menguasai bahasa Sansekerta golongan brahmana tidak boleh menyeberangi
laut. Hal ini di dasarkan pada kepercayaan Hindu kolot yang memiliki pantangan
tersebut.
v
Teori
Arus balik
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia
mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam penyebaran dan
pengembangan agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia
dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India,
di Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang dikenal dengan sangha.
Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis.
Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India.
Itulah empat teori tentang masuknya agama dan kebudayaan
India ke Indonesia. Keempat teori tesebut menyebutkan faktor perdagangan sebagai
penyebab masuknya Hindu-Budha ke Indonesia. Bisa jadi interaksi antara bangsa
Indonesia dan India mustahil terjadi jika tidak ada kontak perdagangan. Oleh
karena itu, tidak aneh jika di berbagai daerah di temukan peninggalan Hindu-
Budha
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha
membawa pengaruh besar di berbagai bidang, meliputi sebagai berikut.
·
Agama,
rakyat Nusantara memeluk agama Hindu-Buddha.
·
Pemerintahan,
munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
·
Tulisan
dan bahasa, rakyat Indonesia mengenal huruf Pallawa dan Sansekerta yang
dituliskan pada prasasti-prasasti.
·
Arsitektur,
seni bangunan bercorak Hindu-Buddha berasimilasi dengan seni bangunan
Indonesia, misalnya bangunan candi.
·
Kesusastraan,
munculnya kitab-kitab sastra bercorak Hindu-Buddha.
3.
Daerah-Daerah Pengaruh Hindu-Buddha di
Indonesia sampai dengan Abad ke-14
Daerah-daerah yang dipengaruh unsur budaya
Hindu-Buddha di Indonesia sampai abad ke-14 semakin luas. Di Sumatera, pengaruh
Buddha lebih kuat dibanding pengaruh Hindu. Hal ini terbukti dengan berdirinya
Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat penyebaran dan pengembangan agama Buddha
di Asia Tenggara. Pusat-pusat agama Hindu antara lain terdapat di wilayah Jawa,
Bali, dan Kalimantan. Bukti tertulis yang menjelaskan yaitu adanya prasasti
Yupa yang di temukan di temukan di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara di wilayah Indonesia Timur, pengaruh unsur
Hindu-Buddha masih terbatas, yaitu hanya sebagian di wilayah Buru dan Seram,
sedangkan daerah lainnya masih menganut kepercayaan nenek moyang.
Faktor penyebab tidak masuknya pengaruh Hindu-Buddha
ke wilayah timur Indonesia, anatara lain sebagai berikut.
a. Kawasannya
sangat luas.
b. Wilayah
Indonesia bagian timur terlalu jauh untuk dijangkau.
c. Wilayah
Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai timur.
4. Pengaruh Agama Hindu-Buddha di Indonesia
a. Bidang Kepercayaan
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah
berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu
kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa sedangkan
dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan
gaib. Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara
berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite
para datu dan keluarganya.
b. Bidang Sosial
Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat
Indonesia tesusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku.
Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran agama Hindu-Buddha
sehingga timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
c. Bidang Teknologi
Peninggalan Hindu-Budha dalam bidang seni bangunan
(arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan
prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai
makam raja dan bagian atas punden bertingkat dibuatkan patung rajanya. Adapun
Candi di India berbentuk Stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang
atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan
Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi
Kalasan.
d. Bidang Kesenian
Dalam bidang seni rupa, pengaruh Hindu-Buddha berupa
hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di
bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu-Buddha berupa penggunaan huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta pada prasasti-prasasti.Ada juga hasil
kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India,yaitu cerita ramayana dan
mahabarata yang di jadikan lakon wayang.Banyak kitab Hindu-Budha yang menjadi
aset bangsa saat ini,diantaranya Negarakertagama dan baratayudha.
e. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha
dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang
pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah
kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat
Hindu-Buddha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, di kemukakan
oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat “Universitas” yang dapat
menampung ratusan mahasiswa birawan Buddha untuk belajar agama.
B.
Berkembangnya
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Salah satu pengaruh India yang berkembang di Indonesia
adalah munculnya kerajaan. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang
memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Ada kerajaan yang berada pedalaman
dengan mengandalkan bidang agraris, ada pula yang terletak di pesisir pantai
dengan mengandalkan kegiatan bahari.
v
Kerajaan-kerajaan
Tertua.
1.
Kerajaan Kutai.
a.
Di
Luar Perhatian Cina
Kurangnya perhatian terhadap sejarah Kalimantan itu,
sehingga keseluruhan sejarah Asia Tenggara masih merupakan daerah yang
terlupakan. Di daerah yang berada di luar jangkauan perhatian Cina justru yang
pertama kali ditemukan bukti-bukti tertua adanya suatu kehidupan masyarakat
yang bercorak keindiaan, yaitu di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur.
Ditemukannya Arca Budha yang terbuat dari perunggu di
Sempaga, Sulawesi Selatan yang bermadzab seni Amarawati. Arca ini juga
ditemukan dian taranya di Jember dan Bukit Seguntang. Sementara di Kota Bangun
( Kutai ) ditemukan arca Buddha yang memperlihatkan langgam seni arca Gandara. [1]
b.
Negara
Tujuh buah Yupa.
Di daerah Kalimantan ditemukan pula beberapa buah
prasasti yang dipahatkan pada tiang batu.
Tiang batu itu disebut yupa. Sanpai
saat ini sudah ditemukan tujuh buah yupa.
Aksara yang dipahatkan pada yupa itu
berasal dari awal abad ke 5 Masehi, ditulisnya dengan menggunakan huruf Pallawa
dan bahasanya ialah bahasa Sansekerta. Raja
terbesar kerajaan kutai adalah Mulawarman. Mulawarman adalah putra Aswawarman
(Asuman), dan Aswawarman merupakan putra Kudungga. Raja Mulawarman pernah
mengadakan kurban 20.000 ekor lembu untuk para brahmana di tanah suci
Waprakeswara.[2]
c.
Kehidupan
Masyarakat dan Agama.
Keluarga
Kudungga pernah melakukan Vratyastoma. Para ahli menyimpulkan bahwa
agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu Syiwa.Dari bunyi semua prasastinya
dapat di duga, bahwa Mulawarman adalah raja yang sangat baik hubungannya dengan
kaum brahmana. Mengingat bahwa bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa
rakyat India sehari-hari, tetapi lebih merupakan bahasa resmi untuk
masalah-masalah keagamaan.[3]
Berhubung sampai sekarang belum ditemukan bukti baru
yang ada hubungannya dengan daerah Kalimantan Timur sekitar abad ke-4 dan ke-5
Masehi, maka tentu saja kita juga tidak dapat membicarakan daerah ini lebih
banyak lagi.3
2.
Kerajaan Tarumanegara
a.
Sumber-sumber.
Menurut dugaan sarjana Prancis G. Ferrand Ye-tiao,
yaitu raja Ye-tiao yang bernama Pien meminjamkan materai mas dan pita ungu
kerajaannya kepada maharaja Tiao-pien dan disesuaikan dengan Yawadwipa.Sumber
mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti berbahasa
sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti Kota Kapur,
Ciaruton (Ciampea), Pasir Kaleangklak, Kebun Kopi, Tugu, Pasir Awi dan Muara
Cianten, dan Cidanghiang atau Lebak.[4]
b.
Keadaan
Masyarakat.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang pada
abad V M. Raja terbesar yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan
Purnawarman meliputi hapir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaan di daerah
Bogor. Dugaan tentang barang-barang daganagn yang berasal dari daerah Ho-ling
dapat diterima, maka kita peroleh gambaran pada masa itu perburuan,
pertambangan, perikanan dan perniagaan disamping itu juga partanian, pelayaran
dan peternakan.[5]
v
Kerajaan
di Sumatra
1.
Kerajaan Sriwijaya
a.
Awal Mula.
Di dalam kitab
sejarah dinasti T’ang disebutkan pertamakalinya datangnya utusan negeri
Mo-lo-yu di Cina pada 644-645. Keberadaan kerajaan ini diketahui melalui lima
buah prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta
telah menggunakan angka tahun saka. Prasasti
tersebut adalah Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang
Berahi, serta Palas Pasemah.[6]
b.
Perkembangan
selanjutnya.
Pada permulaan abad ke-11, raja Sriwijaya ialah Sri
Sudamaniwarmadewa. Selama masa pemerintahannya pendeta Dharmakirti menyusun
kritik tentang Abhisamayalandara. Sementara itu, Sriwijaya masih merupakan
pusat agama budha yang bertaraf internasional.[7]
Raja yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya
adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad IX M. Sriwijaya merupakan
pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Kebudayaan
Kerajaan Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci seperti
stupa, candi, atau patung/arca Buddha.7
v
Kerajaan
di Jawa
1.
Kerajaan Mataram.
Keberadaan kerajaan Mataram dapat diketahui melalui
Prasasti Canggal (723 M), Kalasan (778 M), Mantyasih (907 M), dan Klurak (782
M). Semua prasasti ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta. Kejayaan kerajaan
Mataram terlihat pada bangunan-bangunan Candi seperti Dieng, Gedong Sanga,
Borobudur, Mendut, Plaosan, Prambanan, dan Sambi Sari.
Kerajaan Mataram di perintah dua dinasti atau wangsa
Sanjaya (Hindu Syiwa) dan Syailendra (Buddha). Raja-raja yang berkuasa dari
keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda, maupun Klurak.
Raja-raja dari dinasti Sanjaya tertera dalam prasasti Mantyasih. Kedua dinasti
tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan Rakai pikatan dengan
Pramudyawardani (putri dari Samaratungga). Memang mulai dari masa pemerintahan
Rakai Pikatan, kerajaan telah memperlihatkan tanda-tanda kehancuran.
Pada masa pemerintahan Wawa (abad X M), Mataram
mengalami kemunduran dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu
Sendok. Bersama d inasti Isyana berdiri
dengan kerajaannya adalah Medang Mataram.[8]
2.
Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari
Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Kerajaan Medang Kamulan diperkirakan terletak
di Lembah Sungai Brantas, wilayahnya meliputi Nganjuk, Surabaya, Pasuruan, dan
Malang. Sumber sejarahnya, antara lain sebagai berikut.
a. Prasasti Empu Sindok (933 M)
ditemukan di Desa Tengeran, Jombang.
b. Prasasti Ladang/Candi Lor
(939 M) berbentuk Tugu.
c. Prasasti Kalkuta,
dibuat masa Raja Airlangga.
Kerajaan Medang Kamulan pendirinya adalah Empu Sindok
sekaligus pendiri Dinasti Isyana. Beliau memerintah dengan adil dan bijaksana.
Masa pemerintahannya agama Hindu dan Buddha hidup berdampingan. Empu Sindok
digantikan dengan cucunya yang bernama Dharmawangsa.[9]
Pada tahun 1017 M Kerajaan Medang mengalami Pralaya akibat
serangan dari Wurawari. Airlangga berhasil meloloskan diri. Pada tahun 1023
Airlangga dinobatkan menjadi Raja Medang menggantikan Dharmawangsa. Ia berhasil
menyatukan kembali kerajaan, memindahkan ibu kota Kerajaan Medang dari Wutan
Mas ke Kahuripan tahun 1031, memperbaiki pelabuhan Ujung Galuh, dan membangun
bendungan Wringin Sapta.
Pada tahun 1041 Airlangga mundur dari takhtanya dan
membagi kekuasaan menjadi dua kerajaan yaitu Jenggala dan Panjalu dengan batas
Sungai Brantas. Pembagian kerajaan dilakukan oleh seorang brahmana yang
terkenal kesaktiannya, yaitu Mpu Bharada.
3.
Kerajaan Kediri
Kerajaan kediri semula bernama panjalu. Kisah kerajaan
ini termuat dalam prasasti Banjaran (1052 M) dan prasasti Hantang (1052 M),
serta perkawinan Bharatayuda.Raja Kediri yang terkenal antara lain Raja
Kameswara (1115-1130 M). Ia menggunakan lencana Candrakapala. Raja Jayabaya
memerintah tahun 1130-1160 mempergunakan Narasingha. Pada tahun 1181
pemerintahan Raja Sri Gandra ditandai dengan penggunaan nama-nama binatang
sebagai.
Kertajaya menjadi Raja Kediri tahun 1200-1222. Ia
memakai lencana Garudamuka seperti Raja Airlangga, tetapi kurang bijaksana dan
tidak disukai oleh rakyat terutama kaum brahmana. Hal inilah yang akhirnya
menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan.[10]
4.
Kerajaan Singasari
Keberadaan Kerajaan Singasari didasarkan pada kitab
Negarakertagama dan kitab Pararaton. Ken Arok semula sebagai akuwu (bupati) di
Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya. Pada tahun 1222 M Ken
Arok menyerang kediri sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran
di desa Ganter. Ken Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar
Sri Rangga Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Raja Singasari yang terkenal adalah. Kertanegara
bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagaasan politik,
melakukan politik perkawinan, dan mengirim ekspedisi Pamalayu tahun1275.
Setelah Kertanegara meninggal karena serbuan tentara kubilai khan dari Mongol
dan serangan Jayakatwang dari kediri tahun 1292 dan berakhirlah kerajaan
Singasari. Penginggalan Singasari antara lain Candi Kidal, Candi Jago, Candi S ingasari, dan Putung Joko Dolok (Perwujudan
Kartanegara).[11]
5.
Kerajaan Majapahit
Sumber kerajaan Majapahit berupa kitab, yaitu Kitab
Pararaton, Kitab Negarakertagama, Kitab
Sundayana, Kitab Usaha Jawa,
berita-berita Cina dari Dinasti Ming (1368-1643) dan Ma-Huan dalam bukunya Ying
Yai, serta berita dari Portugis tahun
1518.
Raden Wijaya berhasil memanfaatkan tentara
Kubilai Khan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri. Pada tahun 1293
Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa
Jayawisnuwardhana. Raja berikutnya adalah Jayanegara dan Tribuana Tungga Dewi.
Pada tahun 1350 Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk. Ia didampingi oleh
Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman, dan Mpu Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit
mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaanya hampir meliputi seluruh Nusantara.Untuk
menguasai Pajajaran, Gajah Mada melakukan politik perkawinan yang
berakibat terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357. Dalam rangka
menjalin persahabatan dengan negara-negara tetangga Majapahit menerapkan
Mitreekasatata. Sepeniggal gajah mada(1364) dan Hayam wuruk (1389), takhta
Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Pada tahun 1389-1429 Majapahit
diwarnai oleh Paregreg. Inilah awal
kehancuran Majapahit pada tahun 1400 saka. [12]
6.
Kerajaan Holing (Kaling)
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah
Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di
Jawa Tengah.
Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah
kerajaan di India Talingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti
dari kerajaan ini. Menurut berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu
rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, tempat
duduk sang raja terbuat daari gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis
dan mengenali ilmu perbinatangan. Dalam berita cina tersebut adanya ratu His-mo
atau sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yaang
tegas, jujur, da bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada
masa ini, agama Buddha berkembang bersama agama Hindu.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa India
menghasilkan kebudayaan yang monumental. Gugusan candi-candi terlihat anggun di
jajaran tempat di Indonesia. Candi tersebut dibangun pada masa awal kedatangan
pengaruh Hindu Budha di Indonesia.
Selain bangunan candi, di berbagai daerah juga
ditemukan peninggalan sejarah yang lain. Pengaruh India lain yang masuk
Indonesia adalah Buddha. Seperti halnya Hindu, pengaruh Buddha juga
meninggalkan beragam bentuk peninggalan sejarah.
B. Saran
Demikian makalah ini kami sajikan, kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat memotivasi untuk
menjadi yang lebih baik lagi.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan kata dan
penulisan karena kekurangan hanya milik kami dan kesempurnaan hanya milik ALLAH
SWT.
Daftar Pustaka
Kartodirdjo,
sartono.1977.Sejarah Nasional Indonesia
II.Jakarta:Balai Pustaka.
Rickflefs,
M. C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyaarta : Gajah Mada
university Press.
Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusonto .
1948. Sejarah Nasional Indonesia Jilid da
[1]
.Sartono Kartodirdjo.1997.Sejarah Nusantara Indonesia II.Jakarta:Balai
Pustaka. Hal 28-29.
[2]
. Ibid. Hal 30-33.
[3]
. Ibid. Hal 33-36.
[4]
. Ibid. Hal 36-44.
[5]
. Ibid. Hal 44-50.
[6]
. Ibid. Hal 51-56.
[7]. Ibid. Hal 57-63.
[8]
. Ibid. Hal 72-90.
[9]
. Ibid. Hal 93-104.
[10]
. Ibid. Hal 105-128.
[11]
. Ibid. Hal 250-255.
[12]
. Ibid. Hal 255-279.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar