Minggu, 08 Desember 2013

latar belakang sejarah modal dasar bangsa indonesia pada masa pra islam


Latar Belakang Sejarah Modal Dasar Bangsa Indonesia pada Pra Islam

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A,M.A

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPeq1K5OESF4PKcbd2uoEH-P3vXaRts42EtfI4fcC4lAGVrWIqf6-LFmmfKMLSMXNHFBrolqXVEhIj_ntV4l5z3TnHHgF3ESCoz6sYIVsDuf2oiNzGByedQlOzWPOHwEopp7_W1MO7xV8/s200/logo-uin-suka.jpg







                                     

Disusun Oleh :
Nafi’ Rotus Sholikah     NIM : (13120068)

UIN SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin.
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.
Puji syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat kepada kita semua.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah  kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah PANCASILA yang diampu oleh bapak Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A,M.A.Dalam menulis makalah ini, penyusun merasa banyak kekurangan dan kekhilafan dikarenakan penyusun masih dalam tahap belajar.
Akan tetapi, harapan penyusun semoga makalah ini benar-benar  bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan semoga kita memperoleh ridho Allah SWT.
            Amin ya rabbal ‘alamin.





                                                       
Yogyakarta, 26 September 2013

                                                                                             
           
                                                                                                Penyusun






DAFTAR ISI
                 
Kata Pengantar………………………………………………………………...…….i
Daftar Isi………………………………………………………………................... ii Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah…………………………………………..……3
B.     Rumusan Masalah…………………………………………….…….…..3
Pembahasan
A.     Bagaimanakah perkembangan Agama Hindu-Budha di Indonesia………………………………………………………4
B.      Berkembangnya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia……...……………………………4
Penutup
A.    Kesimpulan……………………………………………………………..5
B.    Saran……………………………………………………………………5
       Daftar Pustaka………………………………………………………….vi

















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Kebudayaan yang berkembang di Indonesia pada tahap awal diyakini berasal dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad Masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan agama hindu yang ada di Jawa Tengah. Sedangkan Borobudur adalah merupakan candi peninggalan agama budha. Agama hindu dan budha masuk di berbagai tempat di Indonesia melalui berbagai jalur, antara lain pendidikan, perdagangan, dan lain-lain. Agama budha berkembang lebih dahulu, bahkan untuk beberapa waktu, Indonesia (sriwijaya) pernah menjadi pusat pendidikan dan pengetahuan agama budha yang bertaraf internasional.



B.     Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimanakah perkembangan Agama Hindu-Budha di Indonesia?
2.      Bagaimana berkembangnya kerajaan Hindu-Budha di Indonesia?








BAB II
PEMBAHASAN
A.        Perkembangan Agama Hindu-Buddha di Indonesia

1.             Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu dan Buddha di Indonesia
Ikut sertanya Indonesia dalam perdagangan Internasional mengakibatkan berbagai pengaruh asing masuk ke nusantara. Salah satunya adalah agama hindu dan buddha yang besar pengaruhnya diberbagai bidang. Sejak abad pertama masehi bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan dagang dengan India. Hubungan dagang antara Indonesia dan India merupakan suatu faktor dalam proses masuknya pengaruh budaya India.Selain emas, bangsa India juga memerlukan barang-barang lain, seperti kayu cendana, cengkeh dan lada. Dari India, para pedagang membawa hasil negerinya yang diperlukan di Indonesia, seperti wangi-wangian, gading gajah, permadani, dan permata. Sebelum bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa India, bangsa Indonesia telah memiliki kebudayaan asli dari zaman prasejarah.

2.            Masuk dan Berkembangnya Budaya Hindu-Buddha di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh India di Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Dari hubungan perdagangan, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut:
v  Teori Sudra
Para tokoh yang setuju teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya. Pendukung teori ini adalah Von Van Faber.
v  Teori Waisya
Kasta waisya terdiri atas para pedagang. Menurut teori ini, para pedagang dari India berlayar hingga ke Indonesia. Melaui interaksi dengan masyarakat setempat, mereka pun berhasil memperkenalkan agama hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat bahwa agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang di Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
v  Teori Kesatria
Teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia terjadi karena adanya kekacauan politik di India. Golongan kesatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia dan menyebarkan agama Hindu. Prof. Dr. Ir. J. L. Moens berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum kesatria atau golongan prajurit. Hal ini di latar belakangi adanya kekacauan politik dan peperangan di India pada abad IV-V Masehi. Para prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia,bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia.
v  Teori Brahmana
Kedatangan kaum brahmana ke Indonesia diduga untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik dengan agama Hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh kaum brahmana karena hanya kaum brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda.
Teori tersebut sebetulnya juga memiliki kelemahan. Golongan kesatria dan waisya tidak menguasai bahasa Sansekerta. Oleh karena itu, kecil kemungkinan bagi mereka untuk menyebarkan agama Hindu yang berintikan bahasa Sansekerta. Kita ketahui bahwa bahasa sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang di pakai dalam kitab suci Weda. Sebalikya, meskipun menguasai bahasa Sansekerta golongan brahmana tidak boleh menyeberangi laut. Hal ini di dasarkan pada kepercayaan Hindu kolot yang memiliki pantangan tersebut.
v  Teori Arus balik
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam penyebaran dan pengembangan  agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang dikenal dengan sangha. Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis. Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India.
Itulah empat teori tentang masuknya agama dan kebudayaan India ke Indonesia. Keempat teori tesebut menyebutkan faktor perdagangan sebagai penyebab masuknya Hindu-Budha ke Indonesia. Bisa jadi interaksi antara bangsa Indonesia dan India mustahil terjadi jika tidak ada kontak perdagangan. Oleh karena itu, tidak aneh jika di berbagai daerah di temukan peninggalan Hindu- Budha
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha membawa pengaruh besar di berbagai bidang, meliputi sebagai berikut.
·         Agama, rakyat Nusantara memeluk agama Hindu-Buddha.
·         Pemerintahan, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
·         Tulisan dan bahasa, rakyat Indonesia mengenal huruf Pallawa dan Sansekerta yang dituliskan pada prasasti-prasasti.
·         Arsitektur, seni bangunan bercorak Hindu-Buddha berasimilasi dengan seni bangunan Indonesia, misalnya bangunan candi.
·         Kesusastraan, munculnya kitab-kitab sastra bercorak Hindu-Buddha.


3.             Daerah-Daerah Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia sampai dengan Abad ke-14
Daerah-daerah yang dipengaruh unsur budaya Hindu-Buddha di Indonesia sampai abad ke-14 semakin luas. Di Sumatera, pengaruh Buddha lebih kuat dibanding pengaruh Hindu. Hal ini terbukti dengan berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat penyebaran dan pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Pusat-pusat agama Hindu antara lain terdapat di wilayah Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bukti tertulis yang menjelaskan yaitu adanya prasasti Yupa yang di temukan di temukan di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara di wilayah Indonesia Timur, pengaruh unsur Hindu-Buddha masih terbatas, yaitu hanya sebagian di wilayah Buru dan Seram, sedangkan daerah lainnya masih menganut kepercayaan nenek moyang.
Faktor penyebab tidak masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke wilayah timur Indonesia, anatara lain sebagai berikut.
a.       Kawasannya sangat luas.
b.      Wilayah Indonesia bagian timur terlalu jauh untuk dijangkau.
c.       Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai timur.

4.        Pengaruh Agama Hindu-Buddha di Indonesia
a.       Bidang Kepercayaan
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa sedangkan dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para datu dan keluarganya.
b.      Bidang Sosial
Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tesusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran   agama Hindu-Buddha sehingga timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
c.       Bidang Teknologi
Peninggalan Hindu-Budha dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan bagian atas punden bertingkat dibuatkan patung rajanya. Adapun Candi di India berbentuk Stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
d.      Bidang Kesenian
Dalam bidang seni rupa, pengaruh Hindu-Buddha berupa hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu-Buddha berupa penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta pada  prasasti-prasasti.Ada juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India,yaitu cerita ramayana dan mahabarata yang di jadikan lakon wayang.Banyak kitab Hindu-Budha yang menjadi aset bangsa saat ini,diantaranya Negarakertagama dan baratayudha.
e.      Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, di kemukakan oleh  I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat “Universitas” yang dapat menampung ratusan mahasiswa birawan Buddha untuk belajar agama.





B.         Berkembangnya Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Salah satu pengaruh India yang berkembang di Indonesia adalah munculnya kerajaan. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Ada kerajaan yang berada pedalaman dengan mengandalkan bidang agraris, ada pula yang terletak di pesisir pantai dengan mengandalkan kegiatan bahari.
v  Kerajaan-kerajaan Tertua.
1.              Kerajaan Kutai.
a.       Di Luar Perhatian Cina
Kurangnya perhatian terhadap sejarah Kalimantan itu, sehingga keseluruhan sejarah Asia Tenggara masih merupakan daerah yang terlupakan. Di daerah yang berada di luar jangkauan perhatian Cina justru yang pertama kali ditemukan bukti-bukti tertua adanya suatu kehidupan masyarakat yang bercorak keindiaan, yaitu di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur.
Ditemukannya Arca Budha yang terbuat dari perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan yang bermadzab seni Amarawati. Arca ini juga ditemukan dian taranya di Jember dan Bukit Seguntang. Sementara di Kota Bangun ( Kutai ) ditemukan arca Buddha yang memperlihatkan langgam seni arca Gandara. [1]
b.      Negara Tujuh buah Yupa.
Di daerah Kalimantan ditemukan pula beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada tiang  batu. Tiang batu itu disebut yupa. Sanpai saat ini sudah ditemukan tujuh buah yupa. Aksara yang dipahatkan pada yupa itu berasal dari awal abad ke 5 Masehi, ditulisnya dengan menggunakan huruf Pallawa dan  bahasanya ialah bahasa Sansekerta. Raja terbesar kerajaan kutai adalah Mulawarman. Mulawarman adalah putra Aswawarman (Asuman), dan Aswawarman merupakan putra Kudungga. Raja Mulawarman pernah mengadakan kurban 20.000 ekor lembu untuk para brahmana di tanah suci Waprakeswara.[2]
c.       Kehidupan Masyarakat dan Agama.
 Keluarga Kudungga pernah melakukan Vratyastoma. Para ahli menyimpulkan bahwa agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu Syiwa.Dari bunyi semua prasastinya dapat di duga, bahwa Mulawarman adalah raja yang sangat baik hubungannya dengan kaum brahmana. Mengingat bahwa bahasa Sansekerta pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, tetapi lebih merupakan bahasa resmi untuk masalah-masalah keagamaan.[3]  
Berhubung sampai sekarang belum ditemukan bukti baru yang ada hubungannya dengan daerah Kalimantan Timur sekitar abad ke-4 dan ke-5 Masehi, maka tentu saja kita juga tidak dapat membicarakan daerah ini lebih banyak lagi.3
2.              Kerajaan Tarumanegara
a.       Sumber-sumber.
Menurut dugaan sarjana Prancis G. Ferrand Ye-tiao, yaitu raja Ye-tiao yang bernama Pien meminjamkan materai mas dan pita ungu kerajaannya kepada maharaja Tiao-pien dan disesuaikan dengan Yawadwipa.Sumber mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti Kota Kapur, Ciaruton (Ciampea), Pasir Kaleangklak, Kebun Kopi, Tugu, Pasir Awi dan Muara Cianten, dan Cidanghiang atau Lebak.[4]
b.      Keadaan Masyarakat.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang pada abad V M. Raja terbesar yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hapir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaan di daerah Bogor. Dugaan tentang barang-barang daganagn yang berasal dari daerah Ho-ling dapat diterima, maka kita peroleh gambaran pada masa itu perburuan, pertambangan, perikanan dan perniagaan disamping itu juga partanian, pelayaran dan peternakan.[5]
v  Kerajaan di Sumatra
1.             Kerajaan Sriwijaya
a.       Awal Mula.  
 Di dalam kitab sejarah dinasti T’ang disebutkan pertamakalinya datangnya utusan negeri Mo-lo-yu di Cina pada 644-645. Keberadaan kerajaan ini diketahui melalui lima buah prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta telah menggunakan angka tahun saka.  Prasasti tersebut adalah Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi, serta Palas Pasemah.[6]
b.      Perkembangan selanjutnya.
Pada permulaan abad ke-11, raja Sriwijaya ialah Sri Sudamaniwarmadewa. Selama masa pemerintahannya pendeta Dharmakirti menyusun kritik tentang Abhisamayalandara. Sementara itu, Sriwijaya masih merupakan pusat agama budha yang bertaraf internasional.[7]
 Raja yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad IX M. Sriwijaya merupakan pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci seperti stupa, candi, atau patung/arca Buddha.7
v  Kerajaan di Jawa
1.         Kerajaan Mataram.
Keberadaan kerajaan Mataram dapat diketahui melalui Prasasti Canggal (723 M), Kalasan (778 M), Mantyasih (907 M), dan Klurak (782 M). Semua prasasti ditulis dengan huruf Pallawa  dan bahasa sansekerta. Kejayaan kerajaan Mataram terlihat pada bangunan-bangunan Candi seperti Dieng, Gedong Sanga, Borobudur, Mendut, Plaosan, Prambanan, dan Sambi Sari.
Kerajaan Mataram di perintah dua dinasti atau wangsa Sanjaya (Hindu Syiwa) dan Syailendra (Buddha). Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda, maupun Klurak. Raja-raja dari dinasti Sanjaya tertera dalam prasasti Mantyasih. Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan Rakai pikatan dengan Pramudyawardani (putri dari Samaratungga). Memang mulai dari masa pemerintahan Rakai Pikatan, kerajaan telah memperlihatkan tanda-tanda kehancuran.
Pada masa pemerintahan Wawa (abad X M), Mataram mengalami kemunduran dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok. Bersama d  inasti Isyana berdiri dengan kerajaannya adalah Medang Mataram.[8]
2.            Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Kerajaan Medang Kamulan diperkirakan terletak di Lembah Sungai Brantas, wilayahnya meliputi Nganjuk, Surabaya, Pasuruan, dan Malang. Sumber sejarahnya, antara lain sebagai berikut.
a.    Prasasti Empu Sindok (933 M) ditemukan di Desa Tengeran, Jombang.
b.    Prasasti Ladang/Candi Lor (939 M) berbentuk Tugu.
c.     Prasasti Kalkuta, dibuat masa Raja Airlangga.
Kerajaan Medang Kamulan pendirinya adalah Empu Sindok sekaligus pendiri Dinasti Isyana. Beliau memerintah dengan adil dan bijaksana. Masa pemerintahannya agama Hindu dan Buddha hidup berdampingan. Empu Sindok digantikan dengan cucunya yang bernama Dharmawangsa.[9]  
Pada tahun 1017 M Kerajaan Medang mengalami Pralaya akibat serangan dari Wurawari. Airlangga berhasil meloloskan diri. Pada tahun 1023 Airlangga dinobatkan menjadi Raja Medang menggantikan Dharmawangsa. Ia berhasil menyatukan kembali kerajaan, memindahkan ibu kota Kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun 1031, memperbaiki pelabuhan Ujung Galuh, dan membangun bendungan Wringin Sapta.
Pada tahun 1041 Airlangga mundur dari takhtanya dan membagi kekuasaan menjadi dua kerajaan yaitu Jenggala dan Panjalu dengan batas Sungai Brantas. Pembagian kerajaan dilakukan oleh seorang brahmana yang terkenal kesaktiannya, yaitu Mpu Bharada.



3.      Kerajaan Kediri
Kerajaan kediri semula bernama panjalu. Kisah kerajaan ini termuat dalam prasasti Banjaran (1052 M) dan prasasti Hantang (1052 M), serta perkawinan Bharatayuda.Raja Kediri yang terkenal antara lain Raja Kameswara (1115-1130 M). Ia menggunakan lencana Candrakapala. Raja Jayabaya memerintah tahun 1130-1160 mempergunakan Narasingha. Pada tahun 1181 pemerintahan Raja Sri Gandra ditandai dengan penggunaan nama-nama binatang sebagai.
Kertajaya menjadi Raja Kediri tahun 1200-1222. Ia memakai lencana Garudamuka seperti Raja Airlangga, tetapi kurang bijaksana dan tidak disukai oleh rakyat terutama kaum brahmana. Hal inilah yang akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan.[10]
4.            Kerajaan Singasari
Keberadaan Kerajaan Singasari didasarkan pada kitab Negarakertagama dan kitab Pararaton. Ken Arok semula sebagai akuwu (bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya. Pada tahun 1222 M Ken Arok menyerang kediri sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Raja Singasari yang terkenal adalah. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagaasan politik, melakukan politik perkawinan, dan mengirim ekspedisi Pamalayu tahun1275. Setelah Kertanegara meninggal karena serbuan tentara kubilai khan dari Mongol dan serangan Jayakatwang dari kediri tahun 1292 dan berakhirlah kerajaan Singasari. Penginggalan Singasari antara lain Candi Kidal, Candi Jago, Candi S  ingasari, dan Putung Joko Dolok (Perwujudan Kartanegara).[11]
5.             Kerajaan Majapahit
Sumber kerajaan Majapahit berupa kitab, yaitu Kitab Pararaton, Kitab Negarakertagama,  Kitab Sundayana,  Kitab Usaha  Jawa, berita-berita Cina dari Dinasti Ming (1368-1643) dan Ma-Huan dalam bukunya Ying Yai,  serta berita dari Portugis tahun 1518.
Raden Wijaya berhasil memanfaatkan tentara Kubilai  Khan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri. Pada tahun 1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawisnuwardhana. Raja berikutnya adalah Jayanegara dan Tribuana Tungga Dewi. Pada tahun 1350 Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk. Ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman, dan Mpu Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaanya hampir meliputi seluruh Nusantara.Untuk menguasai Pajajaran, Gajah Mada melakukan politik perkawinan yang berakibat  terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357. Dalam rangka menjalin persahabatan dengan negara-negara tetangga Majapahit menerapkan Mitreekasatata. Sepeniggal gajah mada(1364) dan Hayam wuruk (1389), takhta Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Pada tahun 1389-1429 Majapahit diwarnai oleh  Paregreg. Inilah awal kehancuran Majapahit pada tahun 1400 saka. [12]
6.            Kerajaan Holing (Kaling)
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah.
Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India Talingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap, tempat duduk sang raja terbuat daari gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenali ilmu perbinatangan. Dalam berita cina tersebut adanya ratu His-mo atau sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yaang tegas,  jujur, da bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama agama Hindu.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa India menghasilkan kebudayaan yang monumental. Gugusan candi-candi terlihat anggun di jajaran tempat di Indonesia. Candi tersebut dibangun pada masa awal kedatangan pengaruh Hindu Budha di Indonesia.
Selain bangunan candi, di berbagai daerah juga ditemukan peninggalan sejarah yang lain. Pengaruh India lain yang masuk Indonesia adalah Buddha. Seperti halnya Hindu, pengaruh Buddha juga meninggalkan beragam bentuk peninggalan sejarah.

B.     Saran
Demikian makalah ini kami sajikan, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat memotivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan kata dan penulisan karena kekurangan hanya milik kami dan kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT.






  






Daftar Pustaka
Kartodirdjo, sartono.1977.Sejarah Nasional Indonesia II.Jakarta:Balai Pustaka.
Rickflefs, M. C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyaarta : Gajah Mada university Press.
Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusonto . 1948. Sejarah Nasional Indonesia Jilid da




[1] .Sartono Kartodirdjo.1997.Sejarah Nusantara Indonesia II.Jakarta:Balai Pustaka. Hal 28-29.
[2] . Ibid. Hal 30-33.
[3] . Ibid. Hal 33-36.
[4] . Ibid. Hal 36-44.
[5] . Ibid. Hal 44-50.
[6] . Ibid. Hal 51-56.
[7].  Ibid. Hal 57-63.
[8] . Ibid. Hal 72-90.
[9] . Ibid. Hal 93-104.
[10] . Ibid. Hal 105-128.
[11] . Ibid. Hal 250-255.
[12] . Ibid. Hal 255-279.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar